Analisis Perubahan Garis Pantai Maros (Pembacaan dari Laporan Penelitian Jordan Parenta)

Walai.id, Maros – Pada tahun 2021 ini, terdapat beberapa riset mahasiswa yang menarik perhatian. Salah satunya lagi, setelah pembacaan atas skripsi Indra Adi Putra Salam, yaitu laporan penelitian milik Jordan Parenta, mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP), Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas.

Jordan melakukan pengambilan data lapangan selama April-Juni 2021 dengan pendekataan penginderaan jauh (analisis citra landsat 7 tahun 2011 dan Landsat 8 tahun 2021), di sepanjang pesisir Kabupaten Maros, untuk melihat perubahan garis pantai sejak 2011-2021.

Terlihat kondisi abrasi pantai di Kabupaten Maros sebesar 12 persen, sedangkan akresi (penambahan daratan/sedimentasi pantai) sebesar 88%. Analisis 146 transek di Kecamatan Bontoa menunjukkan akresi sebesar 100%, dengan akresi tertinggi sebesar 165 meter dengan rata-rata perubahan/penambahan daratan pertahun sebesar 17,42 meter. Pada Kecamatan Lau diperoleh data 86,49% akresi, serta abrasi sebesar 13,51%. Akresi terbesar di Lau yaitu 122,52 meter. Sedangkan pada Maros Baru diperoleh data akresi sebesar 90,32% dan abrasi sebesar 9,68%. Sementara pada Kecamatan Marusu diperoleh data akresi sebesar 78,76% dan abrasi sebesar 21,24%.

Dampak dari akresi ini yaitu terjadinya penambahan vegetasi mangrove di pinggir pantai atau di area pantai yang tersedimentasi. Jordan memaparkan datanya bahwa pada 2011 masih terdapat vegetasi mangrove seluas 594,97 hektar sedangkan pada 2021 luas lahan vegetasi mangrove seluas 683,86 hektar atau terdapat penambahan 88,89 hektar dalam rentang waktu 11 tahun. Penambahan vegetasi mangrove ini disebabkan adanya pertumbuhan alami mangrove, penambahan area sumbur akibat limpahan lumpur dari sungai/sungai-sungai besar (sedimentasi) serta laju pasang surut yang stabil dan ombak yang tidak bersifat destruktif.

Baca Juga :  Bupati Maros Terima Penghargaan Tokoh Pencetus Perda Literasi dan Penggerak Perpustakaan Desa

Penambahan vegetasi mangrove pada pesisir ini pun dimanfaatkan oleh warga pesisir untuk melakukan penambahan area lahan, baik untuk tambak atau untuk peruntukan yang lain. Sebab, menurut logika sebagian masyarakat pesisir kita, sudah terdapat mangrove baru per 10-15 tahun, sehingga mangrove yang berbatasan dengan darat sudah dapat ditebang. Hal ini sudah terjadi beberapa tahun terakhir, seperti terlihat di Desa Bonto Bahari, Desa Tunikamaseang, dan di Desa Ampekale.

Penambahan mangrove ini cukup berbeda kondisinya dibandingkan pada area sempadan sungai, seperti area DAS Sungai Sangkarak Maros Pangkep (penelitian Indra Adi Putra Salam), dimana terjadi peralihan vegetasi mangrove ke tambak dari tahun 2002-2018 sebesar 270,59 hektar atau sekitar 37,2% (dalam 16 tahun) dari luas lahan pada 2002 sebesar 551,1 hektar.

Kembali ke laporan penelitian Jordan, terdapat catatan peralihan area pemukiman menjadi tambak dari tahun 2011-2021, sebesar 1555,11 hektar. Kalau diperhatikan di peta, area pemindahan ini banyak terjadi di Kecamatan Bontoa dan Marusu. Meski begitu, terdapat juga penambahan area pemukiman yang sebelumnya adalah lahan sawah, sebesar 1048,95 hektar, jika dilihat di peta ini banyak terlihat di Kecamatan Marusu. Sedangkan untuk mangrove sendiri pada area pesisir yang berubah menjadi tambak sebesar 202,6 hektar.

Baca Juga :  Panitia Muscab IKA-PMII Maros Silaturahmi Dengan Ketua MUI Kabupaten Maros

Jordan sepertinya ingin membuka mata kita, bahwa dalam rentang waktu 11 tahun saja terdapat perubahan pola pemukiman warga pesisir, yang begitu banyak yang menjadi tambak, serta perubahan lahan sawah menjadi pemukiman. Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan baru, kira-kira jika hal ini terus berlangsung, apakah ketersediaan pangan kita, dalam hal ini beras akan terus aman dan terjamin? Atau apakah justru hal-hal seperti ini yang mendorong pemerintah terus menggalakkan impor beras, karena kita sudah mengalami kekurangan stok beras. Atau ada hal-hal lain yang mendasar, misalnya lemahnya urusan tataniaga pertanian (harga gabah yang rendah), kualitas tanah yang menurun, serta kesejahteraan petani yang semakin lama semakin menurun, sehingga menjual lahan menjadi jalan keluar terakhir untuk melanjutkan hidup?

Sebagai penutup, saya mengucapkan terimakasih kepada Jordan maupun Indra, yang telah menghasilkan laporan skripsi seperti ini. Semoga semakin banyak mahasiswa seperti kalian, yang membuka mata dan membuka hati. Tinggal selanjutnya, apa yang harus kita lakukan menanggapi data ini?

Penulis : Idham Malik

Respon (2)

  1. Социальный человек это простыми словами.
    Я как личность. Пластиковые воспоминания смотреть субтитры.
    Студия для фотосессии воронеж.
    Как узнать свой социотип.
    Для мысли и деяния рожден
    человек смысл и значение.

  2. Что означает психолог. Предмет цели задачи психологии общения.
    Тест узнать себя. Какую роль в жизни первобытных людей сыграла одежда. Тест на черную триаду.

    Колледж психологии после 9 санкт петербург.

    Предпосылки развития личности.

    Фото новые.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *