Walai.id, Semarang – Menteri Perdagangan Indonesia, Zulkifli Hasan, menyampaikan usulan untuk mengaktifkan kembali forum kerja sama bilateral antara Indonesia dan Amerika Serikat melalui Trade and Investment Framework Agreement (TIFA), yang telah terhenti sejak tahun 2018.
Usulan tersebut mendapatkan sambutan positif dari Amerika Serikat (AS). Forum TIFA dianggap penting oleh Indonesia sebagai wadah konsultasi bilateral antara kedua negara untuk membahas isu-isu spesifik terkait perdagangan dan investasi.
Hal ini diungkapkan oleh Mendag Zulkifli Hasan dalam pertemuan bilateral dengan Duta Besar Perwakilan Perdagangan Amerika Serikat (United States Trade Representative/USTR), Katherine Tai, yang berlangsung pada Senin, 21 Agustus, di sela-sela Pertemuan ke-55 Menteri Ekonomi ASEAN dan Pertemuan Terkait Lainnya di Semarang, Jawa Tengah.
Turut mendampingi Mendag Zulkifli Hasan adalah Djatmiko Bris Witjaksono, Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional; Bara Krishna Hasibuan, Staf Khusus Mendag; serta Johni Martha, Direktur Perundingan Bilateral.

“Mereka telah mencapai kesepakatan untuk menggelar forum bilateral Trade and Investment Framework Agreement (TIFA) pada tahun 2024,” ungkap Mendag Zulkifli Hasan.
Sementara itu, Amerika Serikat meminta dukungan dari Indonesia terkait perundingan Indo-Pacific Economic Framework (IPEF) agar dapat diselesaikan sebelum Pertemuan Tingkat Menteri IPEF yang akan berlangsung pada bulan November di San Francisco, Amerika Serikat.
Pihak AS menunjukkan perhatiannya terhadap perkembangan sektor perdagangan digital. Kedua negara saling bertukar informasi mengenai regulasi dan mekanisme perdagangan digital dengan tujuan melindungi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Selain itu, Mendag Zulkifli Hasan juga meminta AS untuk mencabut gugatannya terkait isu produk hortikultura (DS477/DS478) di World Trade Organization (WTO).
“Indonesia telah mematuhi keputusan dan rekomendasi Badan Penyelesaian Sengketa WTO dengan menyesuaikan Undang-Undang, Peraturan Menteri Pertanian, dan Peraturan Menteri Perdagangan. Kami berharap AS segera menarik gugatan terkait isu produk pertanian,” jelas Mendag Zulkifli Hasan.
Dalam konteks ini, Duta Besar Katherine Tai menyampaikan harapan AS agar isu terkait produk hortikultura segera menemukan konsensus, sehingga sengketa impor hortikultura antara Indonesia dan AS dapat diselesaikan dengan cepat, tanpa menghambat akses pasar di kedua negara.
Total perdagangan antara Indonesia dan AS pada periode Januari-Juni 2023 mencapai USD 17,18 miliar. Sementara total perdagangan antara kedua negara pada tahun 2022 tercatat sebesar USD 39,80 miliar, dengan nilai ekspor Indonesia ke AS mencapai USD 28,18 miliar dan impor Indonesia dari AS sebesar USD 11,61 miliar. Pada tahun tersebut, Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan sebesar USD 16,57 miliar terhadap AS.
Produk ekspor utama Indonesia ke AS antara lain minyak sawit (USD 1,7 miliar), alas kaki kulit (USD 1,2 miliar), alas kaki bahan kain (USD 1,1 miliar), ban (USD 943 juta), dan krustasea (USD 942 juta). Sementara itu, produk impor utama Indonesia dari AS meliputi kedelai (USD 1,3 miliar), residu pati (USD 360 juta), susu dan krim (USD 300 juta), kapas (USD 255 juta), serta tepung (USD 251 juta).