WALAI.ID, MAROS – Kepala Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan M. Irfan Mahmud, SS, M.Si. ungkapkan salah satu indikator kegiatan Rumah Peradaban 2021 saat diwawancai oleh tim Walai.ID di Dermaga 2 Kampung Karst, Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros Senin (07/07/2021)
M. Irfan menuturkan bahwa ini adalah kegiatan rutin yang sudah terlaksana kali keenamnya dimana tahun 2020 lalu dilaksanakan secara daring.
“karena tahun kemarin awal munculnya Pandemi Covid-19 sehingga kita lakukan secara virtual, nah tahun ini kita berupaya laksanakan secara luring agar ada interaksi antara peserta dan masyarakat. Tahun ini ada 7 kabupaten Kota yang ikut sebagai peserta dari SMA/SMK” tutur M. Irfan.
Kegiatan ini dilakukan di Kabupaten Maros karena mendukung adanya Geopark Maros – Pangkep yang sangat berpotensi menjadi objek wisata Internasinal.
“sebenarnya ini adalah bentuk dukungan terhadap usulan Global Geopark sehingga kita berharap kegiatan ini dapat mempromosikan kawasan ini kepada generasi muda khusunya siswa-siswa dan melibatkan mereka ikut serta berpartisipasi secara aktif di kawasan Geopark ini sehingga dimasa depan paling tidak mereka mempunyai kenangan dan berperan dalam pemanfaatan penelitian Arkeologi” harapnya.
Ketua Panitia Rumah Peradaban 2021 Fahri juga mengatakan bahwa setiap tahun Balai Arkeologi selalu meberikan penghargaan terhadap Kabupaten Kota yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan yang memberikan kontribusi terhadap Penelitian Arkeolgi.
“Yang menarik dikegiatan ini adalah pemberian APEX Award terhadap Komunitas maupun Instansi Pemerintah yang berperan aktif serta berdampak positif dalam Lingkungan Arkeologi” ungkap Fahri.
Beberapa yang mendpatkan penghargaan diantaranya Pemerintah Kabupaten Maros dengan kategori Apresiasi Hasil Penelitian Arkeologi, Pemerintah Kabupaten Luwu dengan kategori Pemanfaatan Lingkungan Cagar Budaya, dan Bapak Ir. Andi Muhammad Irfan AB dengan kategori Dedikasi Cagar Budaya.
Anggota DPRD Prov Sulawesi Selatan, Andi Muhammad Irfan AB mengucapkan “Terimakasih atas Archaeological Partnertship Eksposes (APEx) Award yang diberikan oleh Balai Besar Arkeologi Sul-Sel – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, dan Ristek.”
“Semoga menjadi pemantik untuk terus menggunanakan hasil penelitian sebagai bahan baku lahirnya kebijakan dalam Menjaga warisan Peradaban”.
“Salah satu hasil penelitian yg menghasilkan ledakan kognitif di jagat pengetahuan arkeologi adalah ditemukannya lukisan tertua di dunia yg berada dikawasan Karts – Maros Pangket. Temuan Penelitian inilah yang menjadi dasar untuk lahirnya Perda Perlindungan dan Pengelolaan kawasan ekosisten esensial karst Maros-Pangkep, yang inisiasinya dimulai tahun 2017 dan ditetapkan menjadi Perda Nomor 3 pada tahun 2019”.
“Kerja ini tentu bukan kerja pribadi karena sungguh banyak yang terlibat sampai perda ini lahir. Ada Iwan Sumantri, Yadi Mulyadi, Iwan Dento, Dedy Irfan, Muhammad Al Amin Walhi Sul-Sel, Tim Inisiasi dan Tim Pansus Ranperda, Balai Besar Bantimurung & Bulusaraung, Seluruh OPD Provinsi Sul-Sel, OPD seluruh Pemkab Maros dan Pangkep yang terlibat”, Tutupnya