Walai.id, Jakarta – Industri pengolahan nonmigas tetap menjadi sektor utama dalam memberikan kontribusi terhadap kinerja ekspor nasional.
Produk manufaktur khususnya terus menjadi penyumbang terbesar, yang secara signifikan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Industri manufaktur terus menjadi pilar utama dalam mendorong kinerja ekspor nasional. Oleh karena itu, kami terus berupaya meningkatkan nilai ekspor produk manufaktur dengan menambah diversifikasi produknya, yang harus memiliki daya saing dan nilai tambah yang tinggi,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta pada Kamis (15/2/2024).
Menperin menjelaskan bahwa peningkatan ekspor produk manufaktur akan memperkuat neraca perdagangan dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional.
“Untuk mencapai hal ini, diperlukan strategi yang adaptif, responsif, dan kolaboratif, yang dilakukan secara terintegrasi. Bapak Presiden telah membentuk Satuan Tugas Peningkatan Ekspor untuk menggenjot upaya ini,” tambahnya.
Satuan tugas tersebut diatur dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 24 Tahun 2023 tentang Satuan Tugas Peningkatan Ekspor Nasional, yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, dengan tim pelaksana yang ditugaskan untuk mengembangkan sumber daya dan industri ekspor, meningkatkan produktivitas dan daya saing, serta strategi peningkatan ekspor usaha mikro, kecil, dan menengah.
Kementerian Perindustrian juga berkomitmen serius dalam menjalankan hilirisasi industri untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya alam Indonesia.
“Hilirisasi industri menjadi kunci untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara maju, sesuai dengan Visi Indonesia Emas Tahun 2045. Sebagaimana yang disampaikan Bapak Presiden bahwa sebuah negara dapat dikatakan maju jika memiliki ketergantungan terhadap produk yang dihasilkan negara maju,” jelasnya.
Terkait kinerja ekspor industri manufaktur nasional, Kemenperin mencatat bahwa sektor manufaktur menyumbang USD186,98 miliar atau 72,24 persen dari total nilai ekspor nasional USD258,82 miliar pada tahun 2023.
“Meskipun kondisi global tidak stabil, industri kita tetap agresif dalam memperluas pasar ekspor. Ini menunjukkan bahwa produk manufaktur kita memiliki daya saing yang diakui secara internasional,” ungkap Agus.
Menperin menegaskan bahwa realisasi ekspor industri manufaktur selama Januari-Desember 2023 melampaui target yang ditetapkan sebelumnya, yang diproyeksikan sekitar USD186,40 miliar.
“Untuk tahun 2024, kami menargetkan USD193,4 miliar, dan kami optimis dapat mencapainya,” tambahnya.
Prestasi ekspor ini berperan besar dalam menjaga neraca perdagangan industri manufaktur tetap surplus sebesar USD17,39 miliar pada tahun 2023, melanjutkan surplus yang terjadi pada tahun 2022.
Lima sektor yang menjadi penyumbang terbesar terhadap nilai ekspor industri manufaktur nasional sepanjang 2023 adalah industri logam dasar (USD42 miliar), industri makanan dan minuman (USD41,69 miliar), industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik (USD18,12 miliar), industri kimia, farmasi, dan obat tradisional (USD17,30 miliar), serta industri alat angkutan (USD13,12 miliar).
Dari tahun 2019 hingga 2022, terjadi peningkatan tren ekspor industri pengolahan nonmigas nasional. Ekspor produk manufaktur meningkat dari USD127,38 miliar pada tahun 2019 menjadi USD206,06 miliar pada tahun 2022.
Dalam upaya meningkatkan diversifikasi produk ekspor, Kemenperin terus mendorong produk dengan kompleksitas tinggi atau nilai tambah tinggi, seperti hasil hilirisasi nikel.
“Produk baru dengan kompleksitas tinggi, sebagian besar berupa logam dasar hasil hilirisasi nikel seperti stainless steel ingot dan CRC, serta kendaraan roda dua. Selain itu, ada produk baru dengan kompleksitas rendah seperti aluminium oksida dan turunan CPO,” papar Agus.