Walai.id, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyampaikan peringatan tentang dampak negatif yang mungkin ditimbulkan oleh teknologi digital dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) kepada generasi milenial dan generasi Z, Ahad 8/10/2023.
Ia menekankan bahwa penguasaan teknologi digital merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan masa kini.
Pada acara Seminar dan Kuliah Umum Literasi Komputasi yang berlangsung di Auditorium Universitas Al-Azhar Indonesia, Jakarta, Muhadjir Effendy mengungkapkan (5/10), “Generasi milenial dan generasi Z harus menguasai teknologi digital. Jika pada zamannya saya, hal itu tidak menjadi keharusan. Ketika itu, kecakapan berbicara, menulis, dan penguasaan bahasa asing sudah cukup. Namun, saat ini, kemampuan berkomunikasi secara digital menjadi hal yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.”
Muhadjir Effendy juga menjelaskan bahwa dalam situasi global saat ini, penguasaan teknologi digital telah menjadi kebutuhan mutlak bagi generasi muda.
Ia menyatakan bahwa era saat ini adalah era baru yang belum pernah dialami sebelumnya dalam sejarah umat manusia.
“Ini adalah era baru yang benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya, di mana teknologi digital hampir menggantikan semua jenis keterampilan yang sebelumnya dianggap penting dalam budaya manusia,” katanya.
Namun, Menko PMK juga menyadari adanya potensi dampak negatif dari era digital ini, yaitu potensi disrupsi terhadap keterampilan dan kemampuan berpikir manusia yang dapat digantikan oleh teknologi digital dan kecerdasan buatan.
Oleh karena itu, ia menegaskan perlunya adanya batasan moral dan etika dalam penggunaan teknologi digital agar tidak menimbulkan dampak yang merugikan.
Menurutnya, salah satu tantangan terbesar adalah menetapkan “Moral and Ethical Bordering,” yaitu menentukan batasan moral dan etika dalam penggunaan teknologi digital. Muhadjir Effendy berharap bahwa Indonesia dapat menghadapi tantangan ini dengan bijaksana.
Selain itu, Muhadjir Effendy juga memperkenalkan gagasan “Revolusi Mental” sebagai gerakan bersama untuk mengubah cara berpikir, bekerja, dan hidup. Dia menekankan pentingnya memiliki sikap positif terhadap permasalahan dan merubah sikap dari antipati, apati, simpati, menjadi empati.
Muhadjir Effendy berharap bahwa Universitas Al-Azhar Indonesia dapat berperan sebagai think-tank yang memberikan panduan moral terkait dengan teknologi digital dan kecerdasan buatan. Dia juga memperingatkan bahwa jika teknologi tidak digunakan dengan bijak, maka malapetaka dapat terjadi.
Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, pemahaman literasi komputasi dan etika digital menjadi semakin penting bagi generasi muda untuk memastikan bahwa teknologi digunakan untuk kebaikan dan kesejahteraan manusia.