News  

Aktivis Pertanyakan Dokumen Amdal Proyek KA, DPRD Maros Kemana?

Walai.id, Maros – Aktivis lingkungan dari lembaga Bumi Mentari Ilham Lahiya mempertanyakan analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) proyek pembangunan rel kereta api di Sulsel, Senin 20/02/2023.

Menurut dia, Amdal berfungsi memastikan kondisi lingkungan sepanjang rel kereta api yang dibangun mulai dari Kota Makassar sampai dengan Kota Parepare.

“Yang perlu diketahui bersama adalah selama ini sama sekali tidak ada pembahasan mengenai dampak lingkungan dari pembangunan rel kereta api ini. Yang ada hanyalah pembahasan soal pembebasan lahan semata,” kata Ilham. Senin (20/2/2023).

DPRD Maros harusnya sejak dari dulu menggunakan kewenangannya untuk mempertanyakan hal ini, kurangnya pengawasan dari DPRD Maros membuat Pemerintah Daerah merasa proyek ini tidak akan merugikan masyarakat sekitarnya.

“Pemerintah daerah mungkin merasa proyek rel kereta ini tidak akan berdampak buruk, karena DPRD Maros tidak memberikan rekomendasi, seperti misalnya DPRD Maros mengusulkan harus dibangun drainase dibeberapa titik”, Paparnya.

Ilham menegaskan pentingnya kajian lingkungan atas proyek nasional itu. Belum lagi selama memasuki musim penghujan mulai dari akhir tahun 2022 sampai dengan awal 2023 ini. Khususnya Kabupaten Maros sampai dengan Barru sudah berulang kali dilanda banjir besar.

Baca Juga :  Bupati Maros Gunakan Hak Suara di Pilkada Serentak 2024

“Akibat dari tanggul tinggi untuk rel kereta api itu membentang sampai Kabupaten Barru sejauh ini. Dan jalur yang dilalui rata-rata merupakan tempat air dan kehadiran rel kereta api ini memotong jalur air tersebut,” ungkapnya.

Selain itu, kata Ilham, sedimentasi tanah dan kondisi air bisa berdampak pada kelangsungan pertanian. Belum lagi saat ini, kehadiran proyek rel kereta api ini diduga menjadi penyebab banjir besar dimana-mana.

“Salah satu dampaknya yang sangat terasa adalah banjir besar dimana-mana. Di kota Maros misalnya, dalam kurun waktu beberapa minggu saja sudah dua kali kebanjiran, sementara di Kecamatan lain empat sampai enam kali kebanjiran,” ucapnya.

Ilham menegaskan perlunya kajian lingkungan atas proyek itu. Selain berefek pada kelangsungan pertanian juga pada banjir besar pada saat musim hujan.

Baca Juga :  Bupati Maros Resmikan Wisata Kampung Kuliner Lambe-Lambe dan Lepas Peserta Jalan Santai

“Itukan prinsip lingkungan yang memerlukan pendekatan kehati-hatian,” jelasnya.

Dikatakan Ilham salah satu penyebab banjir adalah sistem drainase sepanjang jalur rel kereta api yang tidak memadai.

“Salah satu penyebab banjir kian parah ini kan ada beberapa faktor yakni jalur rel kereta api dan kerusakan lingkungan,” tegasnya.

Proyek Strategis Nasional Kereta Api Makassar-Parepare yang mulai dikerja sejak tahun 2014 lalu di Sulawesi Selatan. Rute yang dibangun saat ini sepanjang 84 kilometer yang menghubungkan Kabupaten Maros dan Barru sudah dioperasikan secara terbatas.

Kereta Api Makassar-Parepare merupakan segmen awal dari proyek Kereta Api Trans Sulawesi. Pembangunan jalur Makassar-Parepare ini mulai dikerjakan pada Agustus 2014 silam.

Proyek KA Sulsel rute Makassar-Parepare dibagi menjadi 5 segmen pengerjaan dengan total panjang jalur 145 kilometer. Lintasan Makassar-Parepare ini ditargetkan rampung pada 2026 mendatang.

Saat ini Kereta Api Sulsel sudah beroperasi sepanjang 84 kilometer yang melintasi Stasiun Mandai Maros hingga Stasiun Garongkong Barru. Rute ini melewati total 10 stasiun.

Tinggalkan Balasan