Walai.id, Maros – Sejumlah pedagang pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), di kabupaten Maros Sulawesi selatan, mengeluhkan sepinya pembeli dalam ajang pertemuan petani dan nelayan seluruh Indonesia atau yang dikenal dengan kegiatan Pra Penas.
Kegiatan nasional yang sebelumnya di pusatkan di lapangan Pallantikang, kompleks Kantor bupati Maros, selama tiga hari itu. Juga melibatkan sejumlah pelaku UMKM lokal dalam mengambil bagian demi suksesnya kegiatan.
Namun tidak sedikit dari para pelaku UMKM ini, menuai kekecewaam dan terpaksa merugi lantaran produk dagangan miliknya tidak laku terjual.
Hal itu dikarenakan sepinya pengunjung di lokasi UMKM lokal yang disediakan oleh pelaksana.
Sepertihalnya salah seorang pedagang di Alun – alun Bank Sulselbar yang enggan disebutkan namanya, mengaku mengalami kerugian yang tidak sedikit. Bahkan biaya sewa stand UMKM yang dibebankan padanya tidak kembali.
“Dari hari pertama sampai hari terakhir saya cuman dapat Rp 300 Ribu saja”, ujarnya, Senin (27/06/2022).
Sementara biaya sewa UMKM untuk dua stand yang iya pesan dari pelaksana sebesar Rp600 ribu.
“Saya sewa dua stand, satu stand itu harganya Rp 300 Ribu jadi totalnya Rp 600 Ribu, tapi tiap harinya saya cuma dapat Rp 100 Ribu, sampai hari terakhir saya belum balik modal”, keluhnya.
Hal itu kata dia, terjadi lantaran sepinya pembeli dikarenakan jalan Bougenville yang berdampinganlangsung dengan lokasi dipusatkannya acara ditutup.
“Saat kedatangan menteri jalan ditutup, sampai hari terakhir peserta Pra Penas yang datang kurang dari 10 orang”, bebernya.
Atas kerugian yang dialaminya, sehingga pihaknya meminta pada panitia pelaksana kegiatan untuk mengembalikan separuh biaya dari sewa stand tersebut.
“Untuk sewa mobil saja Rp150 ribu untuk sewa barang – barang jualan kami untuk pulang”, ungkapnya.
Senada disampaikan oleh salah seorang pedagang yang ada di Lapangan Pallantikang, yang merupakan pusat berlangsungnya kegiatan. Iya mengatakan keuntungan yang didapatkan tidak seperti yang ia bayangkan sebelumnya, belum lagi iya harus mengeluarkan biaya sewa untuk stand UMKM hingga Rp 1 Juta.
“Sewa stand saya harganya Rp 1 juta, saya bertahan berjualan hingga sore nanti berharap masih bisa dapat pembeli”, ujarnya.
Ia juga mengaku kebanyakan yang membeli dagangannya hanya masyarakat lokal saja.
“Kalaupun untung, paling untung sedikit”, tutupnya.
Sementara itu, melalui Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kabupaten Maros, Irfan Asyhari mengatakan untuk stand yang ada di Lapangan Pallantikang tidak dikenakan biaya retribusi melainkan hanya uang urunan.
“Yang di Lapangan Pallantikang itu tidak berbayar, hanya urunan karena banyak hal yang perlu dibiayai, misalnya renovasi infrastruktur tenant, untuk tata nama, serta pemasangan instalasi listrik”, terangnya.
Sedangkan untuk stand yang ada di Alun- alun Bank Sulselbar, ia mengatakan dikelola oleh Asosiasi UMKM dan pedagang Pasar Tramo.
“Tadinya dari badan promosi yang mau kelola, tapi semua alatnya dari asosiasi pedagang pasar”, ucapnya.
Ia juga mengatakan Pemda Maros tidak terlibat dalam pendanaan tersebut. “Pihak daerah hanya memback up”, singkatnya.
Lebih lanjut, Irfan mengatakan dengan uang urunan tersebut pihaknya ingin kondisi stand bisa lebih baik dan seimbang dengan stand dari pusat.
“Kita mau juga samakan dengan kondisi stand yang di pusat, stand pusat itu stand yang mewah, makanya kita mau menyesuaikan, stand pusat itu 20 juta per stand, jika di komersialkan bisa saja kami kenakan Rp 10 juta untuk para pemilik UMKM di Maros, tapikan tujuan kami ini untuk semangatkan kembali UMKM Maros”, katanya.
Lebih lanjut iya mengatakan, jika Badan Promosi Pariwisata mengambil bagian dalam event ini dikarenakan pada dasarnya badan promosi bertugas untuk mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang sifatnya mendatangkan kujungan ke Maros.
“Harus mengambil bagian statergis untuk melayani tamu yang datang ke Maros”, terangnya.
Terkait, pedagang yang sepi pembeli di Alun – alun Bank Sulselbar ia mengaku itu semua diluar kendali.
“Kami telah berusaha sebaik mungkin, agendanya memang pembukaan Pra Penas telah selasai pada jam 14.00 Wita, tapi kan pak menteri datang pukul 16.00”, tutupnya.