News  

Kemenperin Tegaskan IKI Dinilai Lebih Akurat Gambarkan Kondisi Manufaktur

Walai.id, Nasional – Kinerja sektor manufaktur Indonesia menunjukkan tren positif pada awal kuartal keempat 2025, ditopang oleh permintaan domestik yang masih kuat. Namun, Kementerian Perindustrian menilai Purchasing Managers’ Index (PMI) bukan indikator utama dalam membaca kondisi industri karena cakupannya terbatas. Kemenperin mengandalkan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang dinilai lebih komprehensif dan representatif terhadap kinerja industri nasional.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menekankan pentingnya memahami secara cermat data PMI yang dirilis S&P Global setiap bulan. Menurutnya, jumlah sampel PMI lebih sedikit dibanding IKI, sehingga belum mampu memberikan gambaran detail terkait kinerja subsektor industri yang memiliki dinamika berbeda-beda.

“Kemenperin menggunakan IKI untuk membaca situasi makro industri dan merumuskan kebijakan. Data PMI bukan rujukan utama kami untuk memahami perkembangan terkini maupun penyusunan kebijakan,” ujarnya di Jakarta, Senin (3/11/2025).

PMI Manufaktur Indonesia pada Oktober 2025 naik menjadi 51,2 dari 50,4 pada September. Kenaikan ini menandai ekspansi selama tiga bulan beruntun dan menunjukkan stabilitas momentum pertumbuhan industri di tengah tekanan global. Berdasarkan komponen PMI, pesanan baru meningkat dari 51,7 menjadi 52,3, sementara indeks ketenagakerjaan naik dari 50,7 menjadi 51,3.

Baca Juga :  Kemenperin Raih Penghargaan Tokoh Akselerator Transformasi Industri Hijau

“Kita melihat penyerapan tenaga kerja tumbuh pada laju tercepat sejak Mei 2025. Ini menandakan aktivitas industri kembali menguat,” kata Agus.

Aktivitas produksi tercatat stabil di level 50,0, menunjukkan pelaku industri masih menjaga keseimbangan antara kapasitas produksi dan permintaan pasar. Sebagian perusahaan memanfaatkan stok barang untuk memenuhi kenaikan pesanan baru, menyebabkan penurunan tipis pada persediaan barang jadi.

Agus menyebut ketahanan industri nasional tetap terjaga meski ekspor melemah akibat berkurangnya permintaan dari Amerika Serikat dan Eropa. Konsumsi domestik dinilai menjadi motor utama penggerak industri.

Baca Juga :  Presiden Prabowo Tegaskan Penguatan Ekonomi Rakyat dalam Evaluasi Nasional Koperasi Merah Putih

Untuk menjaga daya saing, Kemenperin terus mendorong efisiensi produksi, peningkatan nilai tambah, serta program peningkatan keterampilan tenaga kerja. S&P Global melaporkan inflasi harga input mencapai level tertinggi dalam delapan bulan terakhir, dipicu kenaikan harga bahan baku. Namun kenaikan harga jual masih terbatas karena pelaku industri menjaga daya saing dan menahan inflasi di tingkat konsumen.

Secara regional, PMI Manufaktur ASEAN naik ke 51,6 pada Oktober 2025. Indonesia tetap berada di zona ekspansi bersama Thailand (56,6), Vietnam (54,5), dan Myanmar (53,1). Beberapa negara besar seperti Tiongkok (51,2) dan India (57,7) juga mencatat ekspansi moderat, yang mengindikasikan stabilisasi manufaktur global.

Kemenperin memastikan akan terus memantau perkembangan indikator industri sebagai dasar penyusunan kebijakan. “Kami optimistis sektor manufaktur tetap menjadi penggerak utama ekonomi nasional. Kemenperin memastikan iklim usaha yang kondusif dan mendorong transformasi menuju industri hijau dan berkelanjutan,” kata Agus.