News  

Indonesia Perkuat Keunggulan Rempah melalui Inisiatif Hilirisasi Lada

Walai.id, Nasional – Indonesia, sebagai negara dengan kekayaan rempah-rempah yang melimpah, terus mengukir prestasi dalam perdagangan rempah-rempah internasional.

Lada, pala, cengkeh, jahe, kayu manis, dan vanili dari Indonesia menjadi favorit di pasar global, dengan nilai ekspor yang terus meningkat.

Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (Food and Agriculture Organization/FAO) bahkan mencatat Indonesia sebagai salah satu dari lima negara penghasil lada terbesar di dunia, bahkan pernah menempati posisi kedua pada tahun 2016 setelah Vietnam.

Dalam upaya mempertahankan dan mengembangkan perdagangan rempah, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) meluncurkan inisiatif hilirisasi industri, sejalan dengan konsep yang ditekankan oleh Presiden Joko Widodo. Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) di bawah Kemenperin memainkan peran penting dalam mewujudkan inisiatif ini.

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita pada Senin 25/09/2023, mengungkapkan bahwa pengembangan produk olahan lada di berbagai daerah penghasil, seperti Bangka dan Lampung Timur, menghadapi berbagai kendala. Salah satunya adalah ketersediaan bahan baku yang tidak stabil, teknologi dan peralatan yang terbatas, serta kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil. Masalah lain termasuk infrastruktur yang belum memadai dan sanitasi yang kurang memenuhi standar.

Baca Juga :  Kemenparekraf Dukung Indonesia International Culture Festival 2024

Semua tantangan ini telah memengaruhi konsistensi produksi dan kualitas akhir produk lada. Oleh karena itu, diperlukan pedoman yang mengatur tata cara pengolahan untuk memastikan keamanan pangan dan kualitas yang sesuai dengan standar Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP).

Selain kendala produksi, fluktuasi harga lada juga mempengaruhi nilai ekspor. Kendati volume ekspor meningkat, fluktuasi harga telah menyebabkan penurunan nilai ekspor. Salah satu langkah yang diambil untuk mengatasi hal ini adalah dengan mengembangkan produk olahan lada, seperti bumbu racik, yang memiliki nilai tambah lebih tinggi.

Kemenperin, melalui Ditjen IKMA, juga fokus pada peningkatan nilai tambah di daerah penghasil rempah. Mereka telah mendukung revitalisasi sentra IKM pengolahan lada di berbagai kabupaten, termasuk Bangka dan Sambas. Ini termasuk pembangunan infrastruktur modern dan penyediaan mesin dan peralatan yang diperlukan.

Baca Juga :  Kemendag Selenggarakan Sosialisasi Permendag Nomor 20 dan 21 Tahun 2024

Upaya ini tidak hanya fokus pada produksi, tetapi juga mencakup fasilitasi untuk mengembangkan ekosistem yang melibatkan petani, industri pengolahan, dan eksportir. Tujuan ekosistem ini adalah untuk menciptakan olahan lada berkualitas tinggi yang siap dipasarkan secara luas.

Program ini juga sejalan dengan program pemerintah yang dikenal dengan “Indonesia Spice Up The World” (ISUTW). Program ini bertujuan meningkatkan ekspor rempah dan bumbu masakan, mempromosikan budaya Indonesia, dan mengaktifkan ribuan restoran Indonesia di luar negeri.

Inisiatif Kemenperin ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk memanfaatkan potensi besar Indonesia dalam perdagangan rempah.

Upaya meningkatkan nilai tambah dalam produksi dan ekspor rempah akan memberikan dampak positif pada ekonomi nasional dan mempromosikan produk Indonesia secara global. Dengan dukungan yang berkelanjutan, Indonesia dapat terus menjadi pemain kunci dalam perdagangan rempah dunia.

Tinggalkan Balasan