News  

Data BPS, Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Maros Naik Hingga 12 Persen

WALAI.ID, MAROS – Tingkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Maros tahun 2021 masih berada di posisi kedua terendah di Sulawesi Selatan. Data BPS menunjukkan, pertumbuhan ekonomi Maros masih diangka 1,36 persen. 

Meski begitu, dari hasil capaian persentasi pertumbuhan ekonomi, Maros menjadi yang tertinggi di Sulsel. Pasalnya pada tahun sebelumnya, Maros berada di minus 10,87 persen, namun mampu tumbuh tahun 2021 hingga mencapai 12 persen. 

Bupati Maros, Chaidir Syam mengatakan, dari sisi nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2021 Maros juga mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Nilai PDRB Maros sebesar di tahun 2020 sebesar Rp 18,62 triliun, naik menjadi Rp 19 Triliun. 

“Tahun 2020 kita star itu di angka minus 10 persen. Nah tahun 2021 ini kita sudah plus, meskipun masih di angka 1,36 persen. Kalau dihitung dari pertumbuhannya yang minus itu, kita mencapai 12 persen,” katanya. 

Menurut Chaidir, peningkatan pertumbuhan ekonomi tahun lalu dikarenakan adanya peningkatan signifikan dari dua sector, transportasi dan pergudangan serta pertanian. Kedua sector ini bahkan kenaikannya mencapai lebih dari 40 persen. 

Baca Juga :  Kejuaraan Sepak Bola Sul-Sel 2023 Sukses, FPB FC Raih Gelar Juara

“Tahun 2020 sektor transportasi dan pergudangan kita minus di angka 35 persen. 2021 naik drastis ke 0,25 persen. Itu karena Bandara kita sudah mulai normal dari efek pandemic. Nah sector lain juga di pertanian yang naik menjadi 8 persen,” terangnya. 

Di sektor industri pengolahan, kata dia, justru malah turun dari tahun 2020 yang minus 6,57 persen, turun lagi diangka minus 8 persen. Hal ini disebabkan keberadaan industri seperti Pabrik Semen Bosowa yang masih terimbas dengan covid-19. 

“Kondisi kita tidak jauh beda di Pangkep. Semen Tonasa di sana juga belum pulih, hingga sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi di sektor industri. Kita Pemerintah Daerah memang hanya bisa mengintervensi sektor pertanian dan itu telah kita lakukan,” sebutnya. 

Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah (Bapelitbangda), Muh Najib menjelaskan, pertumbuhan ekonomi tidak bisa menjadi dasar untuk mengukur kinerja pemerintahan. 

Baca Juga :  Irfan AB: Alhamdulillah, Bantuan Hibah Pembangunan Sejumlah Masjid Disetujui Tahun 2024

“Jadi harus banyak aspek yang kita lihat. Ini kan secara makro dan banyak variable yang harus kita lihat semuanya. Seperti angka kemiskinan, rasio geni, Pengangguran dan juga IPM,” sebutnya. 

Najib menjelaskan, selama dua tahun terakhir ini, pemerintah telah berhasil menurunkan angka kemiskinan. Tahun 2019, angka kemiskinan di Maros masih berkisar di 10 persen, lalu turun di tahun 2020 menjadi 9,7 persen lalu turun lagi di tahun 2021 menjadi 9,57 persen. 

“Nah dari geni rasio, kita juga turun dari tahun 2020 yang angkanya mencapai 0,368 turun menjadi 0,365. Padahal ini kondisinya masih dalam pandemi. Artinya, pemerintah kita ini telah berusaha keras dan berhasil,” paparnya. 

Dari sektro Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Najib menjelaskan. Tahun 2020 Maros masih diangka 69,86 persen atau masih dalam kategori sedang. Tahun 2021, naik menjadi 70,40 poin dan telah masuk dalam kategori tinggi. 

“Nah ini secara makro semua harus kita lihat untuk mengukur apakah pemerintahan kita bekerja atau tidak. Kita lihat walau pandemi, Pemda sudah berhasil meningkatkan beberapa sektor,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *