Walai.id, Jakarta – Saat ini, situasi pandemi Covid-19 membaik, di mana kasus Covid-19 global dan Indonesia terus mengalami penurunan. Vaksinasi menjadi instrumen utama untuk transisi dari pandemi ke endemi.
Sampai dengan 18 April 2022, total vaksin dosis 1 mencapai 73,4 persen total populasi domestik, vaksin dosis 2 mencapai 60,3 persen, dan vaksin booster mencapai 11,6 persen total populasi domestik.
Risiko geopolitik, kenaikan harga komoditas dan inflasi, pengetatan kebijakan moneter, dan volatilitas pasar keuangan diperkirakan memoderasi pertumbuhan ekonomi global.
IMF memprediksi pertumbuhan global akan melambat dari proyeksi Januari 2022 sebesar 4,4 persen menjadi 3,6 persen pada April 2022 (turun 0,8 poin persentase dibanding proyeksi sebelumnya).
Selanjutnya, risiko global mengalami peningkatan, khususnya didorong percepatan normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat serta konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina.
Kombinasi tersebut menimbulkan kenaikan harga komoditas global khususnya sektor pangan dan energi, serta kenaikan inflasi di beberapa negara maju, serta meningkatkan volatilitas arus modal, nilai tukar, dan sektor keuangan.
Surplus perdagangan kembali meningkat pada Maret 2022 didukung kinerja ekspor dan impor yang tumbuh positif.
Konsistensi pemulihan ekonomi terjaga dan diperkirakan menguat di 2022. Pasar SBN domestik terdampak risiko global namun terbatas, didukung cukup baiknya kondisi fundamental dan likuiditas domestik.
Proyeksi lembaga internasional atas pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2022 berada di kisaran 5 persen (yoy) (IMF: 5,4 persen, World Bank 5,1 persen, Bloomberg 5,2 persen).
Tren penurunan kasus Covid-19 domestik diharapkan berlanjut dan menjaga aktivitas konsumsi, produksi maupun investasi. Laju perekonomian diperkirakan akan tetap kuat di Kuartal 2, meskipun risiko dari tekanan eksternal, terutama kenaikan harga, perlu terus diwaspadai.
“Ekonomi Indonesia dan momentum pemulihan masih terus berjalan dengan baik, dan ini akan terus terjaga seiring dengan kegiatan ekonomi masyarakat yang akan terus meningkat, terutama menjelang Idul Fitri, di mana mobilitas akan meningkat. Mobilitas telah menunjukkan peningkatan secara konsisten di kuartal I-2022 dan disertai kegiatan konsumsi mereka,” jelas Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat konferensi pers APBN KiTa edisi April 2022.
Dari sisi domestik, kinerja APBN di bulan Maret masih mencatatkan surplus, didukung kinerja positif pendapatan negara yang mengalami pertumbuhan pada semua komponen.
Sementara transmisi risiko global ke belanja dan pembiayaan perlu diantisipasi dengan upaya optimalisasi yang terus dilakukan. Demikian disampaikan pada publikasi APBN Kita edisi Maret 2022.
Pemulihan Ekonomi Indonesia Tahun 2022 Terjaga Seiring Membaiknya Kondisi Fundamental Domestik
Aktivitas perekonomian terkini masih kuat di Kuartal 1 2022. Indikator baik sisi konsumsi maupun produksi masih menunjukkan tren pemulihan yang baik.
Indikator konsumsi melanjutkan tren penguatan dengan level di atas pra-pandemi, antara lain mobilitas masyarakat terus naik hingga 7,1 pada Kuartal 1 2022, Indeks Penjualan Ritel (IPR) terus meningkat sejalan dengan optimisme dan mobilitas masyarakat (14,7 persen pada Kuartal I 2022), dan Mandiri Spending Indeks masih berada d atas level pra- pandemi (129,4 pada Kuartal I 2022).
Perkembangan indikator produksi dan investasi mendukung penguatan ekonomi. PMI Indonesia pada Maret 2022 mencapai 51,3, melanjutkan ekspansi selama tujuh bulan berturut-turut dan merupakan yang tertinggi di kawasan ASEAN.
Pertumbuhan konsumsi listrik industri (15,7 persen) dan bisnis (12,2 persen) yang tinggi menunjukkan masih kuatnya aktivitas dunia usaha. Penjualan mobil niaga tumbuh kuat, menunjukkan aktivitas investasi masih dalam zona pertumbuhan.
Neraca perdagangan Maret 2022 kembali menguat sekaligus meneruskan tren surplus sejak Mei 2020, dikontribusi oleh surplus neraca nonmigas. Ekspor dan impor bulan Maret 2022 tumbuh positif (yoy) dipengaruhi menguatnya harga komoditas yang masih tinggi dan dibukanya kembali ekspor batubara.
Selanjutnya, kinerja impor didorong meningkatnya kebutuhan industri (bahan baku dan barang modal), serta meningkatnya kebutuhan BBM untuk industri maupun konsumsi masyarakat.