News  

Ekonomi Tambang, Nilai Tak Sebanding dengan Kerusakan Lingkungan dan Bencana yang Ditimbulkan

Tambang telah lama dianggap sebagai salah satu pilar perekonomian di banyak negara, termasuk Indonesia. Sumber daya alam yang diekstraksi mulai dari batu bara, emas, hingga tembaga memberikan pendapatan bagi pemerintah, lapangan kerja, dan pasokan bahan baku untuk industri. Namun, di balik manfaat ekonomi yang terlihat, terdapat kerusakan lingkungan dan risiko bencana yang begitu besar, sehingga nilai ekonomi tambang tampak tak sebanding dengan biaya jangka panjang yang harus ditanggung oleh masyarakat dan bumi.

Manfaat ekonomi tambang memang nyata dalam jangka pendek. Pemerintah menerima pajak dan royalti yang digunakan untuk pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. Banyak warga lokal mendapatkan pekerjaan, baik di dalam tambang maupun di sektor pendukung. Selain itu, komoditas tambang menjadi sumber devisa yang penting melalui ekspor. Namun, manfaat ini seringkali bersifat sementara ketika sumber daya habis, tambang ditutup, dan daerah tersebut seringkali ditinggalkan dengan kerusakan yang sulit diperbaiki.

Baca Juga :  Demokrasi Akademik Tak Boleh Jadi Tameng Kekuasaan

Di sisi lain, kerusakan lingkungan akibat tambang sangat luas dan abadi. Penambangan terbuka menghancurkan hutan, merusak ekosistem, dan mengubah lanskap secara permanen. Air tanah dan sungai terkontaminasi oleh logam berat dan limbah kimia, membuatnya tidak layak untuk diminum atau digunakan untuk pertanian. Udara juga terpolusi oleh debu dan gas berbahaya, yang menyebabkan masalah kesehatan pada warga sekitar. Bahkan, penambangan bawah tanah dapat menyebabkan penurunan tanah (subsiden), yang merusak rumah, jalan, dan bangunan penting.

Lebih mengkhawatirkan lagi, tambang meningkatkan risiko bencana yang mengancam nyawa dan harta benda. Longsor, banjir dan juga kekeringan adalah bencana yang sering terjadi akibat penambangan, terutama ketika tambang tidak dikelola dengan benar.

Biaya untuk memperbaiki kerusakan lingkungan dan menangani bencana akibat tambang seringkali jauh melampaui manfaat ekonomi yang diperoleh. Pemerintah dan masyarakat harus mengeluarkan dana besar untuk membersihkan limbah, memulihkan ekosistem, dan membantu korban bencana. Selain itu, kerusakan pada kesehatan masyarakat dan hilangnya kesuburan tanah juga menyebabkan kerugian ekonomi jangka panjang yang sulit diukur.

Baca Juga :  Wamen Viva Yoga Ajak Pemuda Muhammadiyah Dukung Program Kerakyatan Presiden Prabowo

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan kebijakan penambangan yang lebih ketat dan berkelanjutan. Pemerintah harus memastikan bahwa tambang dikelola dengan standar yang benar, dengan pemantauan yang ketat terhadap dampak lingkungan dan keamanan. Sebaiknya, juga diperkuat upaya untuk mengembangkan sumber daya energi terbarukan dan ekonomi hijau, sehingga ketergantungan pada tambang dapat dikurangi. Hanya dengan demikian, kita dapat menghindari biaya lingkungan dan bencana yang terlalu besar, serta membangun perekonomian yang lebih kuat dan berkelanjutan.

Ekonomi tambang mungkin memberikan manfaat jangka pendek, tetapi kerusakan lingkungan dan risiko bencana yang ditimbulkannya adalah beban yang terlalu berat untuk ditanggung. Nilai ekonomi yang diperoleh jelas tak sebanding dengan kerusakan yang ditimbulkan dan kita harus bertindak sebelum terlambat untuk melindungi bumi dan masa depan generasi mendatang.

(Abustan Dj & Team)