WALAI.ID, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam pidato kunci pada Annual International Forum on Economic Development and Public Policy (AIFED) 2024, yang diadakan pada 2/12/2024, menekankan pentingnya respons terhadap perubahan lanskap ekonomi global yang semakin cepat pasca-pandemi Covid-19.
Perubahan ini dipengaruhi oleh kemajuan teknologi, dinamika geopolitik, dan transisi menuju ekonomi berkelanjutan.
Menurutnya, digitalisasi membuka peluang baru, namun juga berisiko memperlebar kesenjangan akses. Ketegangan geopolitik mendorong diversifikasi rantai pasok, sementara perubahan iklim menuntut investasi besar dalam energi hijau dan kebijakan yang lebih cepat.
“Momen ini sangat penting bagi kita untuk lebih memahami dan merespons pergeseran geoekonomi ini dengan baik. Kita perlu memastikan bahwa kinerja ekonomi Indonesia tidak hanya mengutamakan pertumbuhan tinggi, tetapi juga menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kualitas hidup, dan pemerataan,” ujar Sri Mulyani.
Dalam konteks ini, Indonesia memiliki potensi strategis untuk merespons perubahan global. Letak geografis yang strategis, kekayaan sumber daya alam, serta struktur demografi yang relatif muda memberikan peluang besar bagi Indonesia untuk memanfaatkan perubahan ekonomi dunia.
Oleh karena itu, strategi pembangunan harus mengarah pada penciptaan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan inklusif, serta pemerataan secara spasial dan pada berbagai tingkat pendapatan.
Presiden Prabowo Subianto juga menegaskan prioritas agenda pembangunan yang mencakup ketahanan pangan dan energi, pengembangan sumber daya manusia, reformasi kelembagaan, serta kebijakan industri dan hilirisasi.
Ketahanan pangan dan energi, menurut Menkeu, menjadi prioritas utama, di mana pemerintah tidak hanya fokus pada kecukupan pangan dan energi tetapi juga pada ketahanannya.
Intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian akan terus diperkuat untuk memastikan ketahanan pangan yang efisien dan berkualitas, dengan harapan dapat memenuhi konsumsi domestik dan global.
Sektor energi juga memiliki potensi besar, terutama dalam mendukung transisi energi. Indonesia berkomitmen pada strategi pertumbuhan rendah emisi, dengan investasi besar dalam infrastruktur energi, termasuk pengembangan distribusi dan transmisi energi, serta pengelolaan kombinasi energi terbarukan dan non-terbarukan.
Sri Mulyani menekankan pentingnya upaya kebijakan, regulasi, dan pembiayaan yang efektif untuk mendukung transisi energi ini.
Pengembangan sumber daya manusia juga menjadi prioritas penting. Pemerintah telah berkomitmen mengalokasikan 20% dari APBN untuk pendidikan, meskipun tantangan dalam alokasi anggaran pendidikan masih signifikan.
Di sektor kesehatan, reformasi dan investasi perlu terus ditingkatkan untuk mencapai perbaikan yang lebih baik. Perbaikan sistem kelembagaan juga menjadi kunci, dengan menciptakan sistem yang lebih transparan dan adil untuk mendukung distribusi sumber daya yang merata dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi investasi.
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan, Indonesia juga memastikan industrialisasi berjalan seiring dengan penguatan akses pembangunan untuk seluruh lapisan masyarakat.
Menkeu mengingatkan bahwa industrialisasi harus menciptakan manfaat bagi seluruh populasi, bukan hanya sebagian, agar tercipta situasi sosial dan politik yang kondusif bagi demokrasi dan persatuan.
Kebijakan hilirisasi industri, yang akan diperluas pada 25 komoditas unggulan, menjadi salah satu pilar utama. Ini termasuk penguatan ketahanan pangan melalui hilirisasi produk pertanian. Pembangunan infrastruktur yang telah banyak dilakukan dalam 10 tahun terakhir juga akan terus berlanjut, dengan fokus pada digitalisasi, konektivitas, mobilitas masyarakat, dan efisiensi ekonomi.
Indonesia, dengan berbagai upaya ini, bertekad untuk merespons dan memanfaatkan perubahan lanskap ekonomi global secara optimal untuk mencapai pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat.