Walai.id, Kota Kinabalu – Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub-Regional Kemenko Perekonomian, Netty Muharni, menyampaikan dukungan Indonesia terhadap potensi BIMP-EAGA sebagai pusat perdagangan di Indo-Pasifik dalam Pertemuan Tingkat Pejabat Senior ke-27 BIMP-EAGA.
Pada pertemuan tersebut, Netty, mewakili Deputi Kerja Sama Ekonomi Internasional, menanggapi usulan rekonfigurasi koridor ekonomi BIMP-EAGA, yang saat ini studinya sudah mencapai tahap akhir.
Studi bertajuk “Strategic, Spatial, and Socially Inclusive: An Integrated Approach to BIMP-EAGA Economic Corridor Development” menyoroti perlunya rekonfigurasi koridor ekonomi BIMP-EAGA yang pertama kali diresmikan pada tahun 2007.
Hasil studi ini menunjukkan potensi peningkatan keterhubungan dan rantai nilai di kawasan. Indonesia menilai hasil tersebut membuka peluang besar bagi BIMP-EAGA untuk memperkuat posisinya sebagai penghubung perdagangan Indo-Pasifik, dan menyarankan agar tantangan serta peluang segera diidentifikasi untuk merancang program dan proyek yang relevan.
Dalam pertemuan ini, para pejabat BIMP-EAGA memberikan arahan terkait pengembangan proyek dari sembilan klaster kerja sama, asesmen koridor ekonomi, dan persiapan peringatan 30 tahun kemitraan BIMP-EAGA. Data 2023 menunjukkan tren positif dalam pertumbuhan ekonomi dan investasi di kawasan, ditambah dengan meningkatnya jumlah wisatawan.
“Kerja sama BIMP-EAGA selama hampir tiga dekade telah memberikan manfaat positif, namun kita tetap perlu terobosan kreatif untuk memperkuat integrasi konektivitas dan sektor-sektor strategis,” ujar Netty, pada, 17/10/2024.
Indonesia turut mengapresiasi sejumlah proyek konektivitas yang terlaksana pada 2023-2024, termasuk jalur udara Manado-Kota Kinabalu, Jakarta-Kuching, Manado-Davao, dan Bali-Kota Kinabalu, serta jalur laut Tanjung Silopo-Lahad Datu yang dibuka tahun ini.
Netty mendorong inisiasi pertemuan lintas klaster untuk mengatasi hambatan teknis seperti CIQS yang selama ini mengganggu perdagangan lintas batas di sub-kawasan.
BIMP-EAGA juga berkomitmen mempromosikan ekonomi biru, energi terbarukan, dan transisi energi bersih.
Beberapa program yang sudah berjalan di antaranya Renewable Energy Capacity Building Program (RECAP) dan Green Cities Action Plan (GCAP) di berbagai kota seperti Kendari, Pontianak, Kota Kinabalu, dan General Santos City.
Upaya konservasi laut juga menjadi agenda penting, dengan Asian Development Bank (ADB) mendukung penyusunan Strategi Ekonomi Biru 2030.
Pertemuan ini dipimpin oleh Deputy Secretary General Ministry of Economy Malaysia, Datuk Dr. Zunika Binti Mohamed, dan dihadiri oleh pejabat senior dari Brunei Darussalam, Filipina, Asian Development Bank, Sekretariat ASEAN, BIMP-EAGA Facilitation Center, serta BIMP-EAGA Business Council.