News  

Ditinggal Sosok Ibu, Pendukung Kotak Kosong di Pilkada Maros Terancam “Broken Home”

Ditinggal Sosok Ibu, Pendukung Kotak Kosong di Pilkada Maros Terancam “Broken Home”

*Oleh: Rusdy Talha* , Maros 11 Oktober 2024

Pernyataan juru bicara Chaidir Syam-Moetazim Mansyar (CS’TA), Chaerul Syahab, mengenai dugaan keterlibatan Pj Bupati Maros, Suhartina Bohari, dalam mendalangi kampanye kotak kosong karena menyediakan ruko sebagai posko pemenangan, sebaiknya dipahami sebagai peringatan agar Pj Bupati atau pejabat lainnya tidak terlibat aktif dalam kampanye Pilkada.

Logika dugaan keterlibatan Pj Bupati didasarkan pada sejumlah indikasi. Salah satunya adalah penggunaan ruko yang sama, yang pada periode sebelumnya, ketika Suhartina Bohari berpasangan dengan Chaidir Syam, juga digunakan untuk kepentingan yang sama. Selain itu, beberapa publikasi di media sosial memperlihatkan kesan keberpihakan Pj Bupati pada kotak kosong, hal yang seharusnya dihindari demi menjaga persepsi publik dan mencegah ketidakstabilan sosial menjelang Pilkada.

Indikasi lain yang diangkat juru bicara CS’TA adalah pernyataan Pj Bupati di sebuah podcast, yang secara terbuka menyiratkan dukungan pada kotak kosong. Jika benar, tindakan menyediakan posko ini dapat ditafsirkan sebagai bentuk kampanye terselubung, di mana Pj Bupati memanfaatkan posisinya untuk memengaruhi pilihan masyarakat, atau setidaknya membiarkan pihak lain memanfaatkan eksistensinya demi kepentingan politik. Padahal, tugas utama seorang Pj Bupati adalah memastikan Pilkada berlangsung sesuai aturan, termasuk mengawasi ASN dan menjatuhkan sanksi jika terlibat kampanye.

Baca Juga :  Gerakan Rakyat Sulsel Gelar Rakor, Siapkan Strategi Politik Menuju 2029

Namun, Pj Bupati Suhartina Bohari segera menanggapi pernyataan ini, membantah keterlibatannya dalam pemberian fasilitas kampanye. Ia menyatakan bahwa pengelolaan ruko tersebut berada di tangan pihak lain. Bantahan yang langsung dan lugas ini mengejutkan banyak pihak, terutama para pendukung kotak kosong, yang merasa kehilangan sosok ibu yang selama ini dianggap sebagai pelindung dan pejuang kotak kosong. Kekecewaan ini berpotensi menghilangkan semangat juang dan meruntuhkan kepercayaan diri pendukung kotak kosong menjelang kompetisi November mendatang.

Respon reaktif Pj Bupati ini juga dapat menjadi bumerang. Dalam posisinya saat ini, setiap pernyataan yang ia buat berpotensi menimbulkan kontroversi, baik menolak maupun mengakui tuduhan keterlibatan dalam mendukung kotak kosong.

Baca Juga :  Bupati Chaidir Syam Pimpin Upacara HUT RI ke-80

Di sisi lain, pernyataan jubir CS’TA tampaknya bertujuan membalik persepsi publik, yang sebelumnya dipersepsikan bahwa Chaidir Syam memengaruhi netralitas ASN. Dengan mendorong isu keterlibatan Pj Bupati dalam mendukung kotak kosong, yang juga merupakan atasan langsung ASN, CS’TA seolah ingin menunjukkan bahwa netralitas ASN bukan berarti tidak boleh mendengarkan visi-misi paslon, melainkan mereka harus berpartisipasi secara pasif untuk menentukan pilihan. 

Dalam konteks ini, ditekankan bahwa keterlibatan ASN hanya menjadi masalah jika mereka aktif mengkampanyekan atau menunjukkan dukungan secara terbuka, yang jelas dilarang. Jika ada kekhawatiran mengenai tekanan terhadap ASN untuk terlibat dalam kampanye, akan lebih logis jika dugaan tersebut diarahkan kepada pihak yang memiliki kekuasaan—dalam hal ini, Pj Bupati—karena CS’TA saat ini tidak memiliki wewenang untuk mendikte atau memberikan sanksi kepada ASN.

Dengan penarikan dukungan Pj Bupati dari kotak kosong dan pilihannya untuk bersikap netral sebagai pejabat publik, para pendukung kotak kosong kehilangan figur yang sebelumnya dianggap sebagai martir yang akan memperjuangkan mereka. Hal ini berpotensi menghancurkan semangat juang mereka dan membuat strategi kotak kosong menghadapi tantangan besar menjelang Pilkada.