Walai.id, Maros – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Maros melalui Dinas Perikanan dan Kelautan setempat akan mengembangkan industri garam di wilayah pesisir.
Wilayah pesisir tersebut terletak di empat kecamatan yakni, Kecamatan Bontoa, Kecamatan Lau, Kecamatan Maros Baru dan Kecamatan Marusu.
Tidak tanggung-tanggung, anggaran yang siap dikucurkan mencapai angka Rp1 Miliar. Hal ini diungkapkan Wakil Bupati Maros, Suhartina Bohari di Ruang Rapat Wabup, Rabu (9/11/2022).
Anggaran yang disiapkan untuk pembinaan dan pendampingan kepada petani garam sebesar Rp500 juta. Sedangkan untuk pemasaran dan pendistribusian sebesar Rp500 juta.
“Yang jelas ada aksi nyata, Dinas Perikanan silahkan segera siapkan rincian anggarannya. Begitu pula untuk Dinas Kopumdag selaku tim pemasaran dan pendistribusian nantinya,” ungkap Suhartina.
Sementara itu Ketua tim peneliti garam Unhas, Dr. Indah Raya, bersama tim mengatakan jika pengabdian masyarakatnya telah melakukan pengembangan garam di Kabupaten Maros. Pengembangan garam dilakukan dengan memanfaatkan lahan petani tambak yang kering di musim kemarau.
“Sebelumnya sudah ada, namun karena hasil produksinya yang kurang bagus sehingga nilai jualnya rendah. Sekarang hanya tersisa sedikit saja petani yang masih bergelut memproduksi garam. Itu pun hanya di produksi saat musim kemarau saja, saat tambak mulai kering,” tuturnya.
Ia menjelaskan, sebenarnya Maros memiliki potensi untuk menghasilkan garam yang berkualitas. Hanya saja perlu intervensi teknologi yang mendukung, sehingga nilai jualnya akan lebih tinggi. Seperti pemanfaatan geomembran dan penerapan Greenhouse Salt Tunnel (GST).
“Kami sudah mulai lakukan pengembangan produksi garam di Desa Nisombalia. Hasilnya sudah mulai terlihat, dengan memanfaatkan geomembran, garam yang dihasilkan lebih bersih dari produksi sebelumnya. Bahkan yang awalnya membutuhkan jangka waktu sebulan, sekarang cukup 3-5 hari sudah bisa menghasilkan jenis garam konsumsi yang baik,” jelas Indah.
Selain jenis garam konsumsi, juga ada garam industri. Garam dapat dikembangkan menjadi beberapa hasil produksi, diantaranya garam lulur, garam farmasi, minuman isotonik, pelembab wajah dan garam meja yang warnanya lebih putih.
“Kedepan garam tidak lagi hanya diproduksi saat musim kemarau saja. Tetapi dapat berlangsung sepanjang tahun dengan pemanfaatan GST,” sebutnya.
Salah satu Petani tambak, Usman mengaku senang dengan bantuan pendampingan tersebut. Ia mengaku, dapat menghasilkan produksi garam lebih banyak dari hasil produksi biasanya.
“Biasanya hasilnya sedikit karena satu bulan baru jadi. Bahkan biasa rusak kalau tiba-tiba hujan. Alhamdulillah sekarang, di musim hujan tidak menentu ini, kita pernah memanen hanya butuh waktu tiga hari,” ujarnya.
Wow, superb blog format! How lengthy have you been blogging
for? you make blogging look easy. The full look of your web site is great, let alone the content!
You can see similar here dobry sklep