News  

Investasi Indonesia Bergerak Bangkit Pasca Pandemi

Walai.id, Jakarta – Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mempublikasi data capaian realisasi investasi pada Triwulan I (periode Januari – Maret) untuk Tahun 2022 yakni sebesar Rp 282,4 triliun, lebih tinggi 28,5% dibandingkan periode yang sama tahun 2021. 

Capaian Triwulan I Tahun 2022 juga meningkat 16,9% dibandingkan Triwulan IV Tahun 2021. Capaian Triwulan I Tahun 2022 berkontribusi sebesar 23,5% dari target realisasi yang dicanangkan sebesar Rp 1.200 Triliun. 

Bahlil Lahadalia menyampaikan, “Dengan peningkatan prosentase capaian realisasi investasi Triwulan I – 2022 meningkat menjadi dua digit dibanding Triwulan I – 2021, hal ini menunjukkan keyakinan investor dalam dan luar negeri semakin meningkat terhadap kebijakan pemerintah khususnya di bidang investasi.”

Berdasarkan laporan kegiatan penanaman modal, pertumbuhan investasi PMDN pada Triwulan I Tahun 2022 meningkat sebesar 25,1%, dari Rp 108,0 triliun di Triwulan I Tahun 2021 menjadi Rp 135,2 triliun. 

Investasi sektor Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi menjadi sektor penunjang terbesar realisasi investasi PMDN. 

Sedangkan investasi PMA pada Triwulan I Tahun 2022 meningkat 31,8% dibanding Triwulan I Tahun 2021 dari Rp 111,7 triliun menjadi Rp 147,2 triliun. 

Realisasi PMA terbesar untuk periode Januari-Maret 2022 disumbang oleh sektor Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya. Peningkatan realisasi investasi PMA yang terutama terjadi pada sektor Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya, membuktikan kebijakan Presiden Joko Widodo yakni melarang ekspor bahan mentah telah berhasil mendorong terjadinya hilirisasi investasi di Indonesia, khususnya industri pengolahan nikel serta industri besi dan baja. 

Baca Juga :  Prabowo dan Anwar Bertemu di Jakarta, Sepakat Dorong Perdamaian Palestina

Berdasarkan sektor usaha, 5 (lima) besar realisasi investasi (PMDN & PMA) adalah Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya (Rp 39,7 triliun, 14,0%); Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi (Rp 39,5 triliun, 14,0%); Pertambangan (Rp 35,2 triliun, 12,5%); Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran (Rp 24,9 triliun, 8,8%); serta Listrik, Gas dan Air (Rp 23,1 triliun, 8,2 %). 

Sektor industri pengolahan masih memegang peranan sangat penting dalam peningkatan realisasi investasi dan tetap menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi.

Kementerian Investasi/BKPM juga mencatat, 5 besar realisasi investasi (PMDN & PMA) berdasarkan lokasi proyek adalah DKI Jakarta (Rp 40,4 triliun, 14,3%); Jawa Barat (Rp 39,5 triliun, 14,0%); Riau (Rp 23,7 triliun, 8,4%); Jawa Timur (Rp 23,6 triliun, 8,4%); dan Sulawesi Tengah (Rp 20,0 triliun, 7,1%).

Sebagai refleksi pemerataan ekonomi di Indonesia, pertumbuhan investasi di luar Jawa saat ini cukup stabil dan terus mengalami peningkatan meningkat secara signifikan. 

Pada periode Triwulan I Tahun 2022 realisasi investasi di luar Jawa sebesar Rp 148,7 triliun meningkat 16,6% dari periode Triwulan IV Tahun 2021 sebesar Rp 127,5 triliun. 

Baca Juga :  Sri Mulyani Hadiri Pertemuan AIIB ke-10, Serukan Reformasi Pendanaan Infrastruktur

Pertumbuhan investasi di luar Jawa terlihat dengan masuknya Provinsi Riau dan Sulawesi Tengah ke dalam 5 besar lokasi investasi PMA dan PMDN pada Triwulan I Tahun 2022 ini. 

Tiga provinsi luar Jawa dengan realisasi investasi PMA terbesar, yaitu Provinsi Sulawesi Tengah yang menempati peringkat pertama dengan presentase sebesar 12,9% diikuti dengan Provinsi Riau 9,9% dan Provinsi Maluku Utara sebesar 7,3%. 

“Saya diperintah Bapak Presiden untuk mewujudkan investasi yang inklusif dan berkualitas yaitu adanya keseimbangan realisasi investasi di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa, peningkatan nilai tambah sumber daya alam dan mineral, serta tumbuhnya sentra-sentra ekonomi baru di daerah. Untuk itu seluruh unit di Kementerian Investasi/ BKPM dengan upaya out of the box melakukan langkah-langkah dalam rangka pencapaian investasi inklusif,” jelas Bahlil Lahadalia.

Lima besar negara asal PMA adalah Singapura (US$ 3,6 miliar, 34,8%); Hongkong, RRT (US$ 1,5 miliar, 15,0%); R.R. Tiongkok (US$ 1,4 miliar, 13,2%); Jepang (US$ 0,8 miliar, 8,0%); dan Amerika Serikat (US$ 0,6 miliar, 6,1%). 

Dari data di atas, terlihat dalam dua triwulan terakhir, Amerika Serikat masuk ke dalam 5 besar negara asal PMA yang membuktikan adanya diversifikasi sumber negara asal yang tidak hanya terfokus pada wilayah Asia Timur.

Tinggalkan Balasan