Walai.id, Nasional – BRIN melalui Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) menampilkan perkembangan terbaru Indonesia dalam pemanfaatan teknologi nuklir untuk pengelolaan sampah plastik pada ajang International High-Level Forum on Nuclear Technology for Controlling Plastic Pollution (NUTEC Plastics).
Forum yang digelar International Atomic Energy Agency (IAEA) pada 25–26 November 2025 di Manila, Filipina, menyoroti dua strategi utama: daur ulang plastik berbasis radiasi dan pemantauan mikroplastik laut dengan teknik analisis nuklir.
Kepala ORTN BRIN, Syaiful Bakhri, menegaskan bahwa Indonesia terus memperkuat kontribusinya melalui inovasi riset yang relevan dengan upaya global penanggulangan sampah plastik.
“Sebagai salah satu negara percontohan, Indonesia berkomitmen menghadirkan inovasi yang nyata dan berdampak. Kemajuan yang dicapai dari penelitian hingga demonstrasi teknologi menegaskan kesiapan Indonesia mendukung upaya global dalam mengurangi polusi plastik melalui teknologi nuklir,” ujarnya, Rabu (03/12/2025).
Forum internasional tersebut dibuka oleh Presiden Filipina, Presiden Asian Development Bank (ADB), serta Direktur Jenderal IAEA. Dalam kesempatan itu, Indonesia sebagai salah satu pilot countries memperlihatkan kemajuan konkret dalam pengembangan teknologi radiasi untuk mendukung praktik ekonomi sirkular.
BRIN melaporkan bahwa Indonesia berhasil menghasilkan compatibilizer dari sampah plastik daur ulang untuk aplikasi Wood-Plastic Composite (WPC). Inovasi ini telah melewati tahap riset, pembuktian konsep, dan kini memasuki fase technical-scale prototype atau Technology Readiness Level (TRL) 5. Selain pengembangan teknologi, Indonesia juga berperan aktif dalam berbagi keahlian teknis untuk memperkuat kapasitas negara-negara di kawasan.
Syaiful menjelaskan bahwa polusi plastik terus meningkat, dengan jutaan ton limbah mencemari laut setiap tahun. Melalui program NUTEC Plastics, IAEA mengarahkan pemanfaatan teknologi nuklir melalui dua pendekatan inti. “Pertama, daur ulang plastik berbasis radiasi yang memungkinkan limbah plastik diubah menjadi material industri bernilai tambah. Kedua, pemantauan mikroplastik di laut melalui teknik analisis nuklir untuk memetakan pergerakan dan konsentrasinya secara akurat,” paparnya.
Saat ini, NUTEC Plastics menggandeng 53 negara dalam program daur ulang plastik dan 102 negara dalam pemantauan mikroplastik laut. Indonesia bersama Argentina, Malaysia, dan Filipina tercatat sebagai negara terdepan dalam demonstrasi teknologi tahap menuju skala industri percontohan.
“IAEA menyediakan perangkat analitis untuk menilai sirkularitas plastik, tingkat kematangan teknologi, serta kelayakan ekonomi penerapan sistem berkas elektron dalam proses daur ulang,” jelasnya.
Lebih jauh, Indonesia juga terlibat secara aktif dalam pembangunan basis data mikroplastik global melalui program IAEA RAS7038. Sejak 2024, kegiatan sampling dilakukan di Teluk Lampung, Muara Cisadane, Pulau Pari, dan Pekalongan. Data dari Lampung telah dianalisis menggunakan ATR-FTIR dan diunggah ke basis data IAEA. Program ini turut diperkuat dengan dukungan pelatihan, bantuan peralatan, serta satu unit ATR-FTIR tambahan yang sedang dalam proses impor.
Meski menghadapi tantangan seperti biaya sampling yang tinggi dan proses analisis yang kompleks, Syaiful menuturkan bahwa program ini akan memasuki Fase II pada 2026–2029. Pada fase berikutnya, Indonesia akan mengintegrasikan metode sediment dating menggunakan isotop Pb-210—teknik yang telah dikuasai BRIN—untuk merekonstruksi riwayat pencemaran mikroplastik hingga 150 tahun ke belakang.
“Partisipasi BRIN dalam forum ini menegaskan peran aktif Indonesia dalam memanfaatkan teknologi nuklir untuk pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan, dan kontribusinya terhadap upaya global mengurangi polusi plastik,” tutupnya.