Walai.id, Jakarta – Komitmen Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dalam mempercepat transformasi sektor manufaktur nasional kembali mendapat pengakuan publik. Dalam ajang Detikcom Awards 2025, Menteri Perindustrian dianugerahi penghargaan Tokoh Akselerator Transformasi Industri Hijau sebagai bentuk apresiasi atas upaya berkelanjutan dalam mengintegrasikan digitalisasi dan pengembangan industri hijau di Tanah Air.
Penghargaan tersebut menambah deretan capaian positif Kemenperin dalam mendorong modernisasi dan efisiensi sektor manufaktur, sekaligus memperkuat arah kebijakan industri nasional menuju keberlanjutan.
Dalam sambutannya, Menperin menegaskan bahwa kebijakan transformasi hijau sejalan dengan komitmen Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission (NZE). Kemenperin bahkan menargetkan sektor manufaktur mampu mencapai NZE lebih cepat dibanding target nasional.
“NZE nasional ditargetkan tercapai pada 2060, tetapi untuk sektor manufaktur kami majukan ke tahun 2050. Jadi 10 tahun lebih cepat,” ujarnya di Jakarta, pada Selasa malam (25/11/2025).
Meski demikian, percepatan transformasi industri hijau diakui Menperin masih menghadapi tantangan, terutama terkait persepsi pelaku industri terhadap biaya implementasinya. “Yang kami hadapi adalah tarik menarik antara ini dianggap cost atau investment,” katanya.
Untuk mengatasi hal tersebut, Kemenperin terus melakukan pendekatan kepada berbagai sektor industri agar memahami bahwa transformasi hijau merupakan investasi jangka panjang yang mampu memberikan manfaat signifikan, bahkan dalam rentang menengah.
Sebagai bentuk komitmen pemerintah, Kemenperin tengah menyiapkan kerangka regulasi pembentukan Green Industry Services Company (GISCO). Inisiatif ini telah mendapatkan dukungan penuh dari World Bank melalui dukungan soft loan dan grant, serta telah tercatat dalam Blue Book.
“GISCO akan menjadi jembatan antara pelaku industri yang sudah siap melakukan transformasi dengan penyedia pembiayaan, penyedia teknologi, dan lainnya. GISCO ini sudah akan dibentuk dalam waktu dekat untuk mempercepat transformasi industri hijau,” jelas Menperin.
Menperin juga mengingatkan pelaku industri agar tidak menunda implementasi industri hijau. Ia menilai bahwa pergeseran pasar global ke arah produk berkelanjutan semakin cepat, sehingga keterlambatan transformasi berpotensi membuat industri nasional tertinggal. “Kalau tidak, para pelaku industri akan ketinggalan kereta,” ujarnya.
Transformasi industri hijau merupakan kelanjutan dari agenda digitalisasi manufaktur melalui peta jalan Making Indonesia 4.0 yang diluncurkan pada 2018. Implementasi peta jalan tersebut terbukti mendorong peningkatan kinerja sektor manufaktur. Sepanjang 2025, industri pengolahan nonmigas mencatatkan pertumbuhan 5,58% (YoY), melampaui pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,04%. Kontribusinya terhadap PDB juga meningkat menjadi 17,39% dari sebelumnya 16,92%.
“Atas penghargaan ini, kami menyampaikan terima kasih kepada Bang CT dan Detik. Ini menjadi motivasi dan semangat tambahan bagi kami semua,” ujar Menperin.
Sebagai langkah lanjutan, Menperin mengajak seluruh pemangku kepentingan industri untuk berpartisipasi dalam Annual Indonesia Green Industry Summit (AIGIS) 2026 yang akan digelar pada 18–20 November 2026 di JICC, Indonesia. Ajang ini diharapkan menjadi ruang kolaborasi antara inovasi, kebijakan, pembiayaan, dan implementasi nyata di lapangan.
“Mari kita jadikan AIGIS 2026 sebagai momentum besar mempercepat transformasi industri hijau Indonesia,” pungkasnya.