News  

Kemenperin Resmikan Gedung Baru BPIPI untuk Perkuat Daya Saing Nasional

Walai.id, Nasional – Industri alas kaki nasional terus menunjukkan peran penting dalam perekonomian Indonesia. Sejumlah merek lokal kini semakin diminati masyarakat, seiring meningkatnya jumlah merek terdaftar di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI). Untuk kategori alas kaki dengan masa perlindungan Desember 2021–Desember 2031, tercatat 23.010 merek yang terdaftar maupun dalam proses.

“Data BPS menunjukkan terdapat 53.333 unit usaha skala kecil pada industri kulit, barang kulit, dan alas kaki yang menyerap 159.454 tenaga kerja. Sementara itu, industri menengah dan besar berjumlah 737 unit dengan penyerapan 571.156 tenaga kerja,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam peresmian Gedung Balai Pemberdayaan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) di Sidoarjo, Selasa (4/11/2025).

Agus menyebut potensi pasar alas kaki Indonesia masih sangat besar, baik lokal maupun ekspor. Nilai ekspor alas kaki pada Januari–Agustus 2025 mencapai USD 5,16 miliar, tumbuh 11,89 persen dibanding periode sama tahun 2024. Indonesia menempati peringkat keenam eksportir alas kaki dunia, dengan Amerika Serikat sebagai pasar terbesar, diikuti Uni Eropa dan sejumlah negara nontradisional.

Pertumbuhan subsektor kulit, barang kulit, dan alas kaki juga tercatat kuat. Pada Triwulan II-2025, sektor ini tumbuh 8,31 persen secara tahunan, jauh melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di angka 5,12 persen.

Baca Juga :  Kemenperin Percepat Transformasi Industri 4.0 untuk Perkuat Daya Saing Nasional

Menperin menegaskan pembangunan Gedung BPIPI di Sidoarjo menjadi bagian dari upaya Kemenperin menjalankan Strategi Baru Industrialisasi Nasional (SBIN). BPIPI diproyeksikan menjadi pusat peningkatan kompetensi, standardisasi, dan daya saing industri alas kaki.

SBIN disebut sebagai cetak biru industrialisasi menuju Indonesia Emas 2045, yang selaras dengan visi Presiden melalui ASTA CITA dan RPJPN 2025–2045. Agus menjelaskan empat kerangka utama SBIN, yaitu industrialisasi berbasis sumber daya alam, pengembangan ekosistem industri, penguasaan teknologi, serta penerapan prinsip industri berkelanjutan.

Keberhasilan kerangka tersebut harus ditopang oleh sejumlah faktor pendukung, seperti ketersediaan bahan baku, lahan industri, logistik efisien, energi berkelanjutan, SDM kompeten, kolaborasi riset dan inovasi, regulasi adaptif, dan kebijakan TKDN yang terintegrasi. Kolaborasi pemerintah daerah dan kementerian/lembaga terkait dinilai mutlak diperlukan.

Gedung BPIPI dibangun dengan konsep Bangunan Gedung Hijau (BGH) untuk menciptakan lingkungan kerja berkelanjutan, efisien energi, memiliki pengolahan limbah baik, serta pencahayaan dan kualitas udara optimal. “Kami berharap fasilitas ini bisa menjadi ruang kerja yang sehat, co-working space yang nyaman, dan pusat kreativitas bagi industri alas kaki,” ujar Agus.

Untuk mendukung gerakan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN), pembangunan gedung ini menggunakan Produk Dalam Negeri sebesar 97,84 persen dengan realisasi TKDN 61,51 persen. Menperin berharap seluruh pemerintah daerah dan kementerian/lembaga turut konsisten melaksanakan P3DN.

Baca Juga :  Presiden Prabowo Terima Michael Bloomberg, Bahas Penguatan SDM dan Kerja Sama Kesehatan Publik

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka, Reni Yanita, menuturkan pembangunan Gedung BPIPI yang dimulai Agustus 2024 selesai lebih cepat pada September 2025. Dengan luas lahan 14.044 meter persegi, gedung kini memasuki proses sertifikasi laik fungsi dan penilaian Bangunan Gedung Hijau.

Hingga 2025, BPIPI telah mendampingi lebih dari 13.000 SDM industri alas kaki, terdiri dari 3.608 pelaku IKM dan 9.396 tenaga kerja terampil. Program pendampingan dilaksanakan melalui kolaborasi dengan sentra industri, perguruan tinggi, komunitas kreatif, serta pemerintah daerah.

Dengan gedung baru ini, BPIPI menyiapkan enam layanan utama: pendampingan teknis IKM alas kaki, pendampingan sistem mutu, pengujian alas kaki, inkubasi bisnis, Indonesia Footwear Network, dan sertifikasi profesi.

“Layanan ini menjadi bagian integral dari implementasi SBIN, di mana BPIPI berperan sebagai faktor pengungkit bagi penguatan inovasi, standardisasi produk, pengembangan SDM, dan perluasan jejaring industri alas kaki nasional,” kata Reni.

Dalam rangkaian peresmian, BPIPI juga menggelar sosialisasi Kredit Industri Padat Karya (KIPK), pelatihan pembuatan sandal, uji coba fit & wear sepatu, coaching clinic, layanan cuci sepatu, tur fasilitas BPIPI, serta pemberian bantuan sepatu sekolah kepada siswa SDN Wilayut.