News  

Kemarau Panjang Picu Kekeringan di 12 Kecamatan Maros

Walai.i, MAROS – Musim kemarau panjang yang melanda Kabupaten Maros sejak Agustus 2025 mulai menimbulkan dampak serius. Persediaan air baku PDAM semakin terbatas karena harus berbagi suplai dengan Kota Makassar yang sebagian besar bersumber dari Bendungan Lekopaccing.

Kondisi ini membuat krisis air bersih kian meluas. Jika sebelumnya hanya terjadi di daerah pesisir seperti Kecamatan Bontoa, Lau, Maros Baru, dan Marusu, kini sudah menjalar hingga delapan kecamatan lain, termasuk Turikale (ibukota kabupaten), Mandai, Tanralili, serta sebagian Bantimurung bagian utara.

Menyikapi situasi tersebut, Bupati Maros AS Chaidir Syam menginstruksikan BPBD Maros melakukan langkah cepat di lapangan. Setiap hari sedikitnya 12 tangki air bersih disalurkan untuk masyarakat terdampak.

Baca Juga :  Bupati Maros Dukung Milad KAHMI ke-59 Bertema Kemandirian Daerah

“Kami berusaha mengurangi beban warga yang selama ini hanya mengandalkan tadah hujan atau harus membeli air dari pedagang keliling,” ujar Chaidir saat melepas distribusi tangki di Lapangan BPBD Maros, Kamis, 18/9/2024.

Sejumlah warga mengaku terbantu dengan bantuan air bersih ini. Bahkan ada yang sebelumnya terpaksa menggunakan air empang untuk kebutuhan mencuci. “Kami berterima kasih kepada Pak Bupati dan BPBD. Setidaknya kebutuhan mendesak bisa sedikit terpenuhi,” kata salah seorang warga Kecamatan Bontoa.

Kepala BPBD Maros Toadeng menyebut pihaknya sedang berkoordinasi dengan BMKG untuk menetapkan Status Tanggap Darurat Kekeringan bila kemarau terus berlanjut. Status ini akan menjadi dasar intervensi lebih masif dalam penyaluran air bersih.

Baca Juga :  LPkM UMI Edukasi PKK Tamalanrea Jaya Olah Jelantah Jadi Sabun

“Kalau status darurat ditetapkan, maka bantuan bisa diperluas hingga mencakup seluruh masyarakat terdampak,” jelasnya.

Berdasarkan data BPBD, pada 2024 terdapat 10 kecamatan yang terpapar kekeringan, sementara kondisi terparah terjadi pada 2023 ketika hampir seluruh dari 14 kecamatan di Maros mengalami krisis air bersih.

Meski bantuan tangki air memberi sedikit kelegaan, masyarakat berharap pemerintah dapat menyediakan solusi permanen seperti peningkatan infrastruktur air baku dan pengembangan sumber air alternatif agar krisis serupa tidak terus berulang setiap musim kemarau.