Walai.id, Jakarta – Neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2025 kembali menunjukkan hasil positif dengan surplus sebesar USD 4,3 miliar, meningkat 2,6% secara bulanan (month-to-month). Pencapaian ini sekaligus memperpanjang tren surplus perdagangan Indonesia selama 61 bulan berturut-turut, Kamis, 3/7/2025.
Surplus ini terutama ditopang oleh sektor nonmigas yang berhasil mencatatkan kelebihan sebesar USD 5,83 miliar, sementara sektor migas masih mengalami defisit sebesar USD 1,53 miliar.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menegaskan bahwa salah satu tantangan utama yang perlu diatasi untuk memperkuat kinerja perdagangan adalah tingginya biaya logistik nasional. Saat ini, biaya logistik Indonesia masih berada pada kisaran 14,5% dari produk domestik bruto (PDB).
“Dengan ekspor yang terus tumbuh positif, pemerintah berkomitmen menurunkan biaya logistik dari 14,5% menjadi 12,5%, bahkan menargetkan hingga 8% melalui berbagai upaya deregulasi dan transformasi sektor logistik,” ujar Airlangga saat membuka Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Conference and Exhibition (CONVEX) 2025, pada Rabu (2/7).
Menurut data Logistics Performance Index (LPI) 2023, Indonesia menempati peringkat 61 dari 139 negara dalam hal performa logistik. Untuk memperbaiki posisi tersebut, pemerintah tengah mengakselerasi implementasi National Logistics Ecosystem (NLE) dan menyusun Rancangan Peraturan Presiden (Perpres) tentang Penguatan Logistik Nasional.
Rancangan Perpres ini mengusung tiga strategi utama, yaitu penguatan infrastruktur konektivitas dan sarana pendukung logistik, integrasi dan digitalisasi sistem logistik, serta peningkatan daya saing sumber daya manusia dan penyedia jasa logistik.
Airlangga juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan pelaku usaha dalam memperkuat daya saing produk nasional. Momentum deregulasi harus dimanfaatkan agar produk dalam negeri mampu bersaing di pasar global, seiring dengan intensifikasi negosiasi perdagangan regional.
“Logistik yang efisien akan meningkatkan daya saing dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi akan menarik investasi dan membuka lapangan kerja lebih luas. Digitalisasi menjadi kunci agar efisiensi tersebut berjalan optimal,” pungkasnya.
Acara tersebut dihadiri oleh sejumlah pejabat tinggi, termasuk Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono, Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Ekonomi Digital Ali Murtopo, Deputi Bidang Koordinasi Energi dan Sumber Daya Mineral Elen Setiadi, serta Ketua Umum DPP ALFI Akbar Djohan, dan perwakilan dari KADIN, HIPMI, serta berbagai asosiasi industri dan kedutaan besar negara sahabat.