News  

Hari Guru dan Melampaui Papan Tulis: Transformasi Peran Guru di Era Digital

Ismail Suardi Wekke

Dewan Pendidikan Kabupaten Maros

Pada Senin, 25 November 2024, kita merayakan kembali Hari Guru. Hari ini menjadi momentum untuk merefleksikan kembali peran guru dalam kehidupan kita. Namun, di tengah arus deras transformasi digital, peran guru tak lagi sebatas berdiri di depan papan tulis, mentransfer ilmu pengetahuan secara satu arah.

Perkembangan teknologi informasi telah mengubah lanskap pendidikan secara drastis. Dulu, buku teks dan papan tulis adalah alat utama dalam proses belajar-mengajar. Kini, siswa memiliki akses tak terbatas pada informasi melalui internet. 

Perangkat lunak pembelajaran yang interaktif, video pembelajaran, dan berbagai platform online lainnya telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kegiatan belajar.

Di tengah perubahan ini, peran guru pun ikut bertransformasi. Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber pengetahuan. Mereka lebih berperan sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing bagi siswa. 

Guru dituntut untuk mampu mengelola kelas yang beragam, merancang pembelajaran yang inovatif, dan membantu siswa mengembangkan keterampilan abad ke-21 seperti berpikir kritis, kreatif, berkomunikasi, dan berkolaborasi.

Melampaui Papan Tulis

Konsep “melampaui papan tulis” menyiratkan bahwa peran guru telah meluas jauh melampaui batas fisik ruang kelas. Guru tidak hanya mengajar di dalam kelas, tetapi juga memanfaatkan berbagai platform digital untuk menjangkau siswa di mana saja dan kapan saja. Pembelajaran jarak jauh, misalnya, telah menjadi semakin populer, terutama selama pandemi Covid-19.

Selain itu, guru juga harus mampu mengelola pembelajaran sosial dan emosional siswa. Di era digital, siswa seringkali dihadapkan pada berbagai tantangan seperti cyberbullying, FOMO (fear of missing out), dan informasi yang tidak akurat. Guru memiliki peran penting dalam membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang kuat untuk menghadapi tantangan tersebut.

Perlindungan Anak dan Juga Perlindungan Guru

Peringatan Hari Guru Nasional setiap tahunnya menjadi momentum refleksi atas peran guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Namun, di balik dedikasi mereka, terdapat tantangan kompleks yang perlu diperhatikan, yakni perlindungan terhadap anak dan guru itu sendiri.

Dalam beberapa tahun terakhir, kasus kekerasan di lingkungan pendidikan semakin sering mencuat ke permukaan. Mulai dari kekerasan fisik, verbal, hingga seksual, menjadi bayang-bayang kelam yang menghantui dunia pendidikan. Ironisnya, tidak hanya anak yang menjadi korban, namun juga guru seringkali menjadi sasaran tindakan kekerasan.

Perlindungan anak di lingkungan sekolah menjadi isu krusial yang tidak dapat diabaikan. Undang-undang perlindungan anak telah mengatur secara tegas hak-hak anak untuk mendapatkan lingkungan belajar yang aman dan nyaman. 

Namun, implementasi di lapangan perlu ikhtiar untuk sampai pada sempurna. Guru sebagai ujung tombak pendidikan memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Namun, mereka juga perlu mendapatkan perlindungan yang memadai agar dapat menjalankan tugasnya dengan optimal.

Perlindungan terhadap guru tidak hanya sebatas pada aspek fisik, namun juga meliputi aspek psikologis dan hukum. Seringkali, guru menghadapi tekanan yang sangat besar, baik dari siswa, orang tua, maupun lingkungan sekolah. 

Kondisi ini dapat berdampak pada kesehatan mental guru dan berpotensi menurunkan kualitas pembelajaran. Selain itu, guru juga perlu mendapatkan perlindungan hukum yang jelas agar tidak menjadi korban kriminalisasi ketika menjalankan tugasnya.

Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan upaya komprehensif dari berbagai pihak. Pemerintah perlu memperkuat regulasi perlindungan anak dan guru, serta mengalokasikan anggaran yang cukup untuk implementasinya. 

Sekolah sebagai institusi pendidikan juga harus memiliki mekanisme yang jelas untuk mencegah dan menangani kasus kekerasan. Sementara itu, guru perlu diberikan pelatihan yang memadai tentang perlindungan anak dan manajemen konflik.

Dalam rangka mewujudkan lingkungan belajar yang aman dan nyaman, semua pihak perlu bekerja sama. Guru, siswa, orang tua, dan masyarakat harus saling mendukung dan menciptakan sinergi yang positif. Dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa setiap anak mendapatkan haknya untuk belajar dengan tenang dan guru dapat menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab.

Tantangan Masa Depan

Transformasi peran guru tentu saja tidak tanpa tantangan. Guru harus terus belajar dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang begitu cepat. Selain itu, tidak semua guru memiliki akses yang sama terhadap teknologi dan pelatihan yang memadai.

Namun, di balik tantangan tersebut, terdapat juga banyak peluang. Teknologi dapat menjadi alat yang sangat ampuh untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan memanfaatkan teknologi, guru dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih menarik, personal, dan efektif.

Hari Guru menjadi pengingat bagi kita semua tentang pentingnya peran guru dalam membentuk generasi masa depan. Di era digital, peran guru semakin kompleks dan menuntut. Namun, dengan semangat yang tinggi dan dukungan yang memadai, guru mampu mengatasi tantangan dan memaksimalkan potensi siswa.

Hari Guru bukan hanya perayaan atas jasa para pendidik, tetapi juga momentum untuk merenungkan tantangan yang mereka hadapi. Perlindungan anak dari segala bentuk kekerasan harus menjadi prioritas, namun demikian, perlindungan bagi guru juga tak kalah penting. 

Lingkungan belajar yang aman dan kondusif bagi semua pihak akan menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas. Mari bersama-sama membangun sistem pendidikan yang menempatkan guru dan siswa sebagai subjek yang sama-sama berhak atas perlindungan dan penghormatan.

Mari kita bersama-sama memberikan apresiasi yang tinggi kepada para guru atas dedikasinya. Mari kita dukung mereka dalam upaya untuk terus mengembangkan kompetensi dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa.