News  

BRIN Ungkap Bukti Tsunami Raksasa di Selatan Jawa, Ancaman Nyata Mengintai

Jakarta, Walai.id – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengumumkan temuan mengejutkan dari hasil riset paleotsunami yang mengungkap keberadaan tsunami raksasa purba di kawasan selatan Pulau Jawa.

Temuan ini menjadi peringatan serius akan potensi megatsunami di masa depan yang bisa mengancam puluhan juta penduduk dan infrastruktur strategis.

Peneliti Ahli Madya dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Purna Sulastya Putra, menjelaskan bahwa paleotsunami adalah studi ilmiah untuk mengidentifikasi tsunami besar yang pernah terjadi ribuan tahun lalu, jauh sebelum era pencatatan sejarah modern.

“Selatan Jawa kini dipadati pembangunan dan aktivitas ekonomi, namun banyak yang belum memahami bahwa wilayah ini menyimpan riwayat bencana tsunami raksasa berulang,” ujar Purna, pada laman BRIN, Selasa, 5/8/2025.

BRIN menemukan jejak endapan tsunami purba di berbagai titik—termasuk di Lebak, Pangandaran, dan Kulon Progo. Salah satu lapisan sedimen laut yang ditemukan berumur sekitar 1.800 tahun, diduga berasal dari gempa megathrust berkekuatan M 9,0 atau lebih.

Baca Juga :  AMMI Desak Presiden Berikan Amnesti atau Abolisi kepada Dua Terpidana Kasus APD

Selain itu, ditemukan juga lapisan lain yang diperkirakan terjadi sekitar 3.000 tahun, 1.000 tahun, dan 400 tahun lalu. Temuan ini menunjukkan pola berulang tsunami di kawasan tersebut, dengan periode ulang sekitar 600–800 tahun.

Metode penelitian dilakukan melalui uji mikrofauna, analisis kimia, dan radiokarbon untuk memastikan bahwa endapan yang ditemukan benar-benar berasal dari peristiwa tsunami, bukan akibat banjir atau badai.

“Tsunami besar bukan soal kemungkinan, tapi soal waktu. Dan waktu itu bisa saja semakin dekat,” tegas Purna.

BRIN menyoroti meningkatnya kerentanan kawasan selatan Jawa yang kini tengah giat dibangun, mulai dari bandara, pelabuhan, kawasan industri, hotel, hingga wisata bahari. Sayangnya, sebagian besar proyek infrastruktur tersebut belum mengintegrasikan risiko tsunami dalam perencanaannya.

“Pembangunan yang tidak memperhitungkan sejarah bencana dapat menyebabkan kerugian besar, baik secara ekonomi maupun korban jiwa,” ungkapnya.

Baca Juga :  Presiden Prabowo: Dunia Bergejolak, Indonesia Tetap Tenang

Dengan proyeksi lebih dari 30 juta penduduk yang akan tinggal di pesisir selatan Jawa pada tahun 2030, BRIN mendesak pemanfaatan data paleotsunami sebagai dasar perencanaan tata ruang dan kebijakan mitigasi bencana.

Informasi seperti peta sebaran, tinggi genangan, dan estimasi waktu ulang sangat penting untuk menentukan zona rawan, lokasi evakuasi, serta jalur penyelamatan.

BRIN juga mendorong edukasi kebencanaan berbasis riset masuk ke kurikulum sekolah, diperluas lewat media, dan disebarluaskan ke komunitas lokal. Kesiapsiagaan masyarakat menjadi faktor kunci untuk menyelamatkan nyawa saat terjadi bencana.

“Jika gempa kuat terjadi di dekat pantai, segera evakuasi ke tempat tinggi. Jangan menunggu sirine. Alam memberi peringatan pertama, dan kesiapsiagaan adalah perlindungan terbaik,” pesan Purna.

Riset ini menjadi pengingat bahwa meski tsunami tidak bisa dicegah, namun kerusakan dan korban bisa diminimalkandengan pengetahuan, kesiapan, dan kebijakan pembangunan yang sadar risiko.