News  

OMC Tak Selalu Efektif, BMKG Serukan Patroli dan Edukasi Cegah Karhutla

WALAI.ID, JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menekankan bahwa pengendalian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tidak bisa hanya bergantung pada Operasi Modifikasi Cuaca (OMC).

Dalam banyak kasus, terutama saat awan hujan tidak tumbuh, penyemaian tidak dapat dilakukan sehingga diperlukan strategi alternatif yang lebih komprehensif.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan bahwa tingkat curah hujan berkorelasi langsung dengan potensi kebakaran. Data menunjukkan bahwa ketika curah hujan menurun, tingkat kekeringan lapisan bahan bakar permukaan meningkat, membuat lahan jauh lebih mudah terbakar.

“Pemantauan curah hujan tidak hanya penting untuk prediksi hujan, tetapi juga untuk mendeteksi fase kritis kebakaran,” kata Dwikorita, Senin (28/7/2025).

Baca Juga :  Menteri ESDM Pastikan Listrik Masuk ke Desa-Desa Terpencil

Ia menambahkan, keberhasilan OMC sangat bergantung pada dinamika atmosfer, seperti suhu muka laut, kelembaban udara, hingga aktivitas gelombang Kelvin dan Rossby. Jika awan hujan tidak berkembang, maka OMC tidak bisa dilakukan, walaupun risiko karhutla sedang tinggi.

BMKG mencatat bahwa akhir Juli hingga awal Agustus merupakan masa rawan, khususnya di Sumatera dan Kalimantan. Di saat potensi pertumbuhan awan menurun dan indeks bahaya kebakaran meningkat, seluruh pihak harus mengandalkan patroli darat, deteksi dini, serta pelibatan masyarakat.

Meski demikian, OMC masih menunjukkan hasil positif di beberapa wilayah. Sejak digencarkan pada 21 Juli, jumlah hotspot di Riau turun dari 173 menjadi nol. Hasil serupa tercatat di Sumatera Barat. BMKG mencatat lebih dari 586 juta meter kubik hujan berhasil diturunkan dari upaya ini, dengan tingkat keberhasilan antara 85–100 persen.

Baca Juga :  Beasiswa Chevening Dorong Talenta Digital

Namun Dwikorita menegaskan, keberhasilan ini tak bisa dijadikan satu-satunya andalan. Ia mendorong penerapan pendekatan terpadu: kombinasi OMC, edukasi masyarakat, larangan pembakaran lahan, pemetaan titik rawan, serta adaptasi berbasis data.

“Jika awan tidak terbentuk, OMC tidak bisa dilakukan. Maka, strategi pengendalian karhutla harus berlapis dan fleksibel,” ujarnya.

Ia juga menegaskan bahwa BMKG akan terus memberikan peringatan dini, prakiraan cuaca, serta informasi iklim terkini kepada pemerintah dan masyarakat guna memperkuat kebijakan pencegahan yang lebih tepat sasaran.