News  

Ekspor Baja RI Tembus AS, Industri Tetap Tangguh di Tengah Tarif Tinggi

Walai.id, Jakarta – Industri baja Indonesia menunjukkan ketahanan kuat meskipun menghadapi tekanan global, termasuk kebijakan proteksionis dari Amerika Serikat.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan bahwa meskipun tarif impor baja AS mencapai 50 persen, kebutuhan domestik AS tetap mendorong impor baja lapis, termasuk dari Indonesia.

Dalam acara pelepasan ekspor PT Tata Metal Lestari ke AS di Tanjung Priok, Agus menekankan pentingnya efisiensi produksi guna meningkatkan nilai tambah produk, Jumat, 18/7/2025.

Baca Juga :  Ombudsman–IPOSS Kolaborasi Benahi Tata Kelola Sawit

Ia juga mengapresiasi hasil negosiasi Presiden Prabowo Subianto dengan Presiden Donald Trump, yang memberikan keuntungan tarif bagi Indonesia dibanding negara lain.

Agus mendorong pelaku industri nasional untuk memaksimalkan ekspor ke AS karena tarif bea masuk yang lebih rendah. Ekspor kini menjadi salah satu motor utama perekonomian nasional selain konsumsi, belanja negara, dan investasi.

Konsistensi dalam menjalankan hilirisasi industri juga dianggap penting agar produk bernilai tinggi bisa terus diserap pasar ekspor. Namun, ia mengingatkan bahwa pasar domestik tetap besar, dengan 80 persen output manufaktur ditujukan untuk kebutuhan dalam negeri.

Baca Juga :  Ditjen Imigrasi Periksa Ribuan WNA, 294 Langgar Izin Tinggal

PT Tata Metal Lestari sendiri berhasil menembus pasar AS dengan ekspor baja lapis sebanyak 10.000 ton senilai USD12,6 juta. Sepanjang 2025, perusahaan ini menargetkan ekspor 69.000 ton atau meningkat 133% dari tahun sebelumnya.

Ekspor ke AS dan Kanada telah berlangsung sejak Oktober 2024, membuktikan bahwa produk baja Indonesia tetap dipercaya di pasar global meski kondisi perdagangan internasional berubah cepat.