Walai.id, Jakarta – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan memperkuat program fellowship tuberkulosis (TBC) dan infeksi mikobakterium lainnya sebagai solusi strategis mengatasi kekurangan dokter spesialis paru di tanah air.
Program ini diharapkan dapat mempercepat pemerataan tenaga ahli dalam penanganan TBC, yang masih menjadi persoalan serius baik di tingkat nasional maupun global.
Wakil Menteri Kesehatan, Prof. Dante Saksono Harbuwono, menegaskan bahwa penanggulangan TBC merupakan mandat prioritas dari Presiden Prabowo Subianto kepada Kemenkes.
“Kita berupaya menurunkan angka tuberkulosis ini hingga 50 persen,” ujarnya, Jakarta, 12/6/2025.
TBC masih menjadi penyebab jutaan kematian setiap tahun, terutama di kelompok usia produktif, dan memberikan beban besar pada aspek kesehatan maupun ekonomi nasional. Untuk itu, penanggulangan TBC ditetapkan sebagai prioritas nasional lintas sektor, melibatkan pendidikan, praktisi kesehatan, hingga masyarakat dan LSM.
Salah satu langkah strategis adalah meningkatkan profesionalisme dokter melalui program fellowship yang kini berjalan di tiga pusat utama, yaitu Jakarta, Surabaya, dan Medan. Setiap semester, sekitar 10–11 dokter mengikuti program ini. Namun saat ini Indonesia baru memiliki sekitar 360 dokter spesialis paru secara nasional.
“Kita tidak bisa berharap seluruh 514 kabupaten/kota memiliki dokter spesialis paru tanpa percepatan melalui fellowship ini,” jelas Prof. Dante.
Direktur Utama RS Persahabatan, Prof. dr. Agus Dwi Susanto, menyatakan dukungannya terhadap program ini. RS Persahabatan telah memiliki laboratorium mikrobiologi terstandar dan poliklinik terpadu untuk TBC dan non-TBC yang dilengkapi ruang dengan mekanisme tekanan negatif serta akreditasi standar.
Ketua Kolegium Mikrobiologi Klinik, dr. Yulia Rosa Saharman, menekankan pentingnya pemerataan dokter spesialis mikrobiologi klinik, khususnya di luar Pulau Jawa, agar diagnosis cepat dan akurat dapat diakses seluruh masyarakat.
“Kami mohon dukungan Kementerian Kesehatan agar program ini berjalan berkesinambungan dan menjadi bagian transformasi pelayanan laboratorium klinis nasional,” tambahnya.
Ketua Konsil Kesehatan Indonesia (KKI), drg. Arianti Anaya, menegaskan bahwa KKI aktif menyusun standar kompetensi dan kurikulum pelatihan terkait TBC bersama kolegium, bekerja sama dengan rumah sakit pendidikan seperti RS Persahabatan.
“Program ini diharapkan dapat dikembangkan ke jenjang kompetensi lebih tinggi untuk mengisi kekosongan dokter spesialis dan subspesialis,” katanya.
Sementara itu, Ketua Kolegium Kesehatan Indonesia, dr. Supriyanto Dharmoredjo, menambahkan bahwa fellowship TBC merupakan bagian strategi nasional eliminasi TBC 2030, dengan model pengembangan SDM yang terintegrasi dalam transformasi sistem kesehatan.
“Kami percaya sinergi antar institusi adalah kunci sukses pembangunan kesehatan berbasis SDM yang kokoh dan berkelanjutan,” ujarnya.