Walai.id, Jakarta – Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP) menjadi wujud komitmen Indonesia dalam mengelola keanekaragaman hayati (kehati) dan mendukung visi Indonesia Emas 2045.
Dokumen IBSAP 2025-2045 ini akan berfungsi sebagai panduan strategis dalam pengelolaan keanekaragaman hayati, melibatkan seluruh pemangku kepentingan, baik pemerintah maupun non-pemerintah.
Dokumen ini dirumuskan untuk memperkuat integrasi dan ketahanan ekosistem, mengurangi risiko kepunahan spesies, dan menjaga keanekaragaman genetik.
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko, mengungkapkan bahwa IBSAP bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan berkelanjutan, memperkuat tata kelola keanekaragaman hayati melalui pengayaan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, serta penguatan finansial, regulasi, dan penegakan hukum.
“Optimalisasi pengelolaan kehati memerlukan komitmen berkelanjutan dari berbagai pihak, melalui konsistensi dan sinergitas program. BRIN telah menghasilkan data yang mendukung integrasi keanekaragaman hayati dalam kebijakan nasional. Oleh karena itu, penguatan kapasitas individu dan institusi sangat diperlukan, termasuk pendekatan inklusif yang melibatkan masyarakat adat dan lokal untuk mendapatkan dukungan yang lebih luas,” ujar Handoko, pada Rabu 7/8/2024.
Handoko menambahkan bahwa BRIN telah memiliki sarana infrastruktur riset dan inovasi berkelas dunia. Dengan demikian, hasil-hasil riset dalam mengoptimalkan keanekaragaman hayati diharapkan dapat berdampak signifikan dan menjadi pendorong ekonomi Indonesia.
Sementara itu, Kepala Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan BRIN, Andes Hamuraby Rozak, menyatakan bahwa pengembangan ekonomi berkelanjutan dapat dilakukan melalui pemanfaatan potensi bioprospeksi di berbagai ekosistem Indonesia, mulai dari laut dalam hingga pegunungan. Potensi tersebut dapat dikembangkan menjadi produk obat-obatan, energi, dan bahan pangan yang berkelanjutan.
Andes juga menjelaskan bahwa BRIN memiliki beberapa fokus riset yang dimanfaatkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan kehati. Salah satunya pada bidang bioteknologi, seperti pengembangan teknologi berbasis sel tanaman dan mikroorganisme menjadi inovasi yang dapat meningkatkan ketahanan pangan dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Senada dengan Andes, Plt. Kepala Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN, Taufiq Purna Nugraha, mengungkapkan bahwa riset-riset konservasi dan restorasi ekosistem juga diarahkan untuk mendukung pembuatan kebijakan yang lebih efektif dalam melindungi spesies-spesies endemik, terancam punah, dan ekosistem bernilai tinggi.
“Selanjutnya, untuk lebih memperkaya hasil riset, BRIN juga menjalin kolaborasi internasional dan terlibat aktif dalam proyek-proyek global yang berkaitan dengan keanekaragaman hayati, mulai dari pengungkapan hingga pemanfaatan berkelanjutan,” terang Taufiq.
Menurut Taufiq, proses penyusunan dokumen IBSAP akan terus diperbarui dan dievaluasi rutin setiap lima tahun sekali, selama periode 20 tahun dari 2025-2045. Tak hanya itu, IBSAP juga akan dilengkapi glosarium yang memuat terminologi spesifik, mengacu pada kondisi Indonesia dan peraturan perundangan yang berlaku.
Selain acara peluncuran dokumen IBSAP 2025-2045 oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, selanjutnya akan diadakan kegiatan diskusi lebih lanjut mengenai IBSAP 2025-2045 yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, berlangsung di Fairmont, Jakarta.