News  

Cegah Antraks Meluas, Kemenkes Beri Profilaksis kepada Populasi Berisiko

Walai.id, Nasional – Kasus antraks terjadi di Dukuh Jati, Kelurahan Candirejo, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Jumat 07/07/2023.

Tiga orang meninggal pada Mei hingga Juni 2023 setelah mengonsumsi daging sapi yang telah mati dan dikubur.

Salah satu warga yang memotong hewan mati tersebut mengalami gejala antraks dan meninggal setelah dinyatakan positif terinfeksi.

Dalam upaya mencegah penyebaran penyakit ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, melalui Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, dr. Imran Pambudi, MPHM, bekerja sama dengan Organisasi Pemerintah Daerah terkait dan Satgas One Health Kecamatan Semanu, memberikan pengobatan profilaksis kepada populasi yang terpapar.

Sebanyak 125 orang di Gunung Kidul telah menerima pengobatan profilaksis, dengan 87 orang di antaranya memiliki status seropositif tanpa gejala klinis.

Baca Juga :  Pendaftaran Calon Anggota Ombudsman RI 2026–2031 Resmi Dibuka

Seropositif artinya pasien pernah terpapar antraks, tapi tanpa gejala klinis Hal itu disebabkan karena di dalam tubuhnya sudah terbentuk antibodi.

“Jadi 87 orang itu adalah yang seropositif tanpa gejala. Oleh karena itu tidak bisa kita masukan ke dalam katagori positif antraks, dan inilah orang-orang yang akan diberikan pengobatan profilaksis,” ujar dr. Imran pada konferensi pers secara daring, pada Kamis (6/7).

Kemenkes juga mengeluarkan surat edaran kepada Dinas Kesehatan dan fasilitas kesehatan di DI Yogyakarta untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap antraks pada manusia dan mengantisipasi penyebarannya ke daerah lain.

Antraks adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Bakteri ini dapat membentuk spora yang tahan lama di lingkungan dan dapat menular melalui konsumsi hewan ternak yang terinfeksi atau melalui luka pada tubuh manusia.

Baca Juga :  Prabowo: Tenaga Surya Kunci Swasembada Energi Nasional

Gejala pada hewan ternak meliputi demam tinggi, gelisah, kesulitan bernapas, kejang, rebah, dan kematian mendadak.

Untuk mencegah penyebaran antraks, hewan yang terinfeksi perlu dibakar atau dikubur. Pencegahan pada hewan ternak dapat dilakukan melalui vaksinasi, kontrol lalu lintas hewan ternak, dan tindakan pembuangan pada hewan yang terinfeksi.

Kementerian Pertanian telah mengalokasikan vaksin dan kegiatan pencegahan antraks secara nasional.

Selain itu, dilakukan juga pengamatan dan identifikasi penyakit antraks melalui surveilans dan pengambilan sampel untuk deteksi dini.

Dalam upaya pencegahan penularan penyakit ini dari hewan ke manusia, Kementerian Pertanian juga melibatkan Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner untuk membentuk kader zoonosis.

Kader zoonosis bertugas menyampaikan informasi, melakukan edukasi kepada masyarakat, dan membantu petugas dinas dalam pengendalian dan penanggulangan antraks.

Tinggalkan Balasan