News  

Tim BRIN Temukan Spesies Baru Katak Pohon Endemik Sulawesi

Walai.id, Cibinong – Tim peneliti dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi (PRBE), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), kembali menorehkan prestasi dengan mengidentifikasi satu spesies baru katak pohon dari genus Rhacophorus.

Spesies ini ditemukan di dua lokasi pegunungan di Pulau Sulawesi, yakni Gunung Katopasa (Sulawesi Tengah) dan Gunung Gandang Dewata (Sulawesi Barat).

Spesies tersebut diberi nama Rhacophorus boeadii, sebagai bentuk penghormatan kepada almarhum Drs. Boeadi, naturalis dan ilmuwan dari Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) yang dikenal luas atas kontribusinya terhadap zoologi dan konservasi herpetofauna Indonesia.

Menurut Peneliti Herpetologi BRIN, Amir Hamidy, R. boeadii memiliki sejumlah karakter morfologis unik yang membedakannya dari tiga spesies Rhacophorus lainnya yang telah dikenal di Sulawesi: R. edentulusR. georgii, dan R. monticola.

Baca Juga :  Irfan AB Dapat Apresiasi Warga Soal Perbaikan Jembatan Rumbia

“Katak ini berukuran sedang, dengan panjang tubuh jantan sekitar 40–45 mm dan betina 48–54 mm. Ciri khasnya termasuk moncong miring pada jantan, kulit punggung kasar berbintik putih, serta pola bercak putih di sisi tubuh,” jelas Amir, Cibinong, pada Rabu, 11/6/2025.

Penemuan ini merupakan hasil dari survei intensif yang dilakukan pada periode 2016 hingga 2019. Selain studi morfologi, peneliti juga melakukan analisis genetika dan suara panggilan jantan untuk memastikan statusnya sebagai spesies baru.

Amir mengungkapkan bahwa penemuan ini menambah daftar panjang fauna endemik Sulawesi dan memperkuat status wilayah Wallacea sebagai pusat keanekaragaman hayati dunia. Namun, ia juga menyuarakan kekhawatiran atas kondisi habitat spesies tersebut.

Baca Juga :  Akses Internet Murah & Cepat! Frekuensi 1,4 GHz Kini Dilelang Terbuka

“Spesies ini hanya ditemukan di hutan dataran tinggi, yang sangat rentan terhadap deforestasi dan perubahan iklim. Tanpa langkah konservasi yang serius, potensi kehilangan biodiversitas sangat besar,” ujarnya.

Pulau Sulawesi, yang masuk dalam kawasan Wallacea, memang dikenal memiliki tingkat endemisme tinggi, khususnya untuk kelompok amfibi. Namun demikian, meningkatnya tekanan terhadap habitat alami, baik karena aktivitas manusia maupun perubahan iklim, menjadi tantangan nyata bagi pelestarian spesies langka.

Hasil riset ini telah dipublikasikan di jurnal ilmiah internasional Zootaxa (Vol. 5569, No. 2: halaman 201–230), dan diharapkan menjadi rujukan penting dalam pengembangan ilmu taksonomi serta upaya konservasi biodiversitas Indonesia ke depan.