Walai.id, Jakarta – Jabodetabek kembali diterpa musibah banjir ekstrem yang menyebabkan kerusakan besar dan banyaknya korban jiwa. Meski banjir menjadi masalah tahunan yang sering terjadi, belum ada langkah serius dan jangka panjang yang diambil oleh pemerintah daerah setempat untuk menangani bencana ini secara menyeluruh.
Wakil Sekretaris Jenderal Bakornas Fokusmaker, Abrory Ben Barka, menegaskan bahwa permasalahan banjir di Jabodetabek harus ditangani dengan pendekatan yang lebih serius dan menyeluruh.
“Persoalan banjir ini harus ditangani secara serius dengan memperhatikan berbagai macam faktor, dan solusi-solusi yang dihadirkan tidak bisa hanya semata-mata solusi jangka pendek seperti pengerukan sungai atau meninggikan tembok tanggul,” ujar Ben Barka, Senin, 17/3/2025.
Sebagai alumni Teknik Lingkungan Universitas Trisakti, Ben Barka menyarankan agar pemerintah daerah di Jabodetabek bekerja sama untuk merancang solusi yang terintegrasi, dari hulu ke hilir.
“Tidak mungkin Bekasi bekerja sendirian sebagai wilayah yang paling terdampak, begitu juga Jakarta dan wilayah lainnya. Semua wilayah harus bekerja bersama-sama, saling memperhatikan keadaan daerah yang saling terhubung. Semua pemangku kepentingan harus berdiskusi bersama untuk memikirkan solusi terbaik dalam penanganan banjir ini,” tambahnya.
Ben Barka juga menekankan pentingnya peran pemerintah pusat dalam menyatukan langkah-langkah antar daerah. “Sudah cukup dengan aksi-aksi politik yang berlebihan dari pejabat, seolah-olah menjadi ‘pahlawan lingkungan’ dengan menyegel lahan alih fungsi di Puncak. Biarkan itu menjadi urusan Pemda. Kita semua tahu bagaimana rekam jejak Pak Zulhas sebagai Menteri Kehutanan terkait alih fungsi lahan,” ujarnya.
Ben Barka mengingatkan bahwa tindakan pejabat tersebut hanya menyelesaikan sebagian kecil dari masalah. “Yang kita perlukan adalah infrastruktur yang memadai, rencana jangka panjang yang melibatkan para ahli, serta edukasi masif kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan, terutama dalam pengelolaan sampah domestik yang belum ditangani dengan baik.”
Dia juga menambahkan bahwa banjir Jabodetabek adalah dampak dari krisis iklim yang semakin nyata. “Apakah kita masih mau mengabaikan krisis iklim? Sampai kapan kita terus mengesampingkan sains dan menanggung akibatnya? Masalah ini memerlukan perubahan sistematis, dan di sinilah peran pemerintah yang paling besar, baru kemudian melibatkan masyarakat untuk bergotong-royong menyelesaikan masalah ini,” pungkasnya.