WALAI.ID, JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) yang sedang dilaksanakan bertujuan untuk mengurangi risiko bencana hidrometeorologi, seperti banjir, dengan mengandalkan data dan analisis atmosfer yang akurat.
BMKG, sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas kebijakan dan pelaksanaan modifikasi cuaca, bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam operasi ini.
Selain menyediakan data cuaca, BMKG juga merancang strategi operasional, menentukan lokasi penyemaian, serta memantau kondisi atmosfer secara real-time untuk memastikan efektivitas intervensi cuaca. BMKG menurunkan tim khusus yang bekerja selama 24 jam untuk mendukung kelancaran operasi ini.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa operasi modifikasi cuaca tidak hanya melibatkan penyemaian garam ke langit, tetapi juga memerlukan pemodelan atmosfer yang tepat.
“Setiap rekomendasi berbasis pada data meteorologi terbaru dan perhitungan ilmiah yang terukur. BMKG memastikan bahwa setiap langkah dalam operasi ini didasarkan pada analisis yang akurat,” ujar Dwikorita di Jakarta pada Kamis (6/3/2025).
Dwikorita menambahkan, dalam OMC, BMKG berperan dalam menentukan waktu dan lokasi penyemaian, serta bahan yang digunakan. Hal ini untuk memastikan intervensi yang dilakukan efektif dalam mengurangi potensi hujan. Tanpa perhitungan yang tepat, penyemaian bisa jadi tidak efektif atau bahkan memperburuk kondisi cuaca.
“Setiap intervensi harus berbasis data yang presisi, agar dapat mengurangi risiko bencana secara efektif,” tegas Dwikorita.
Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto, mengungkapkan bahwa OMC dimulai pada 5 Maret dan direncanakan berlangsung hingga 8 Maret 2025, atau lebih lama jika prediksi cuaca membutuhkan penyesuaian.
Operasi ini berfokus pada pengurangan curah hujan di wilayah tangkapan air Sungai Ciliwung dan Cisadane, mulai dari Bogor hingga Jakarta dan Bekasi.
“Awan-awan berpotensi hujan deras akan dihujankan lebih awal di atas laut, sementara awan yang berkembang di daratan disemai agar curah hujannya berkurang,” jelas Seto.
Pengalaman sebelumnya menunjukkan bahwa OMC dapat mengurangi curah hujan hingga 30-60% pada awan hujan yang cukup besar. Diharapkan, hal ini dapat menekan potensi banjir di wilayah yang terdampak.
Operasi ini juga dikendalikan dari Pos Komando di Lanud Halim Perdanakusuma dan dilakukan oleh BMKG bersama BNPB, bekerja sama dengan TNI Angkatan Udara. Pada hari ini, Kamis (6/3), rapat persiapan untuk pelaksanaan OMC tambahan yang didanai Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga akan digelar.
Dwikorita menambahkan bahwa keberhasilan OMC tidak hanya bergantung pada pelaksanaannya di lapangan, tetapi juga pada koordinasi antar-lembaga yang solid dan transparan. BMKG juga mengajak masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem dengan mengakses informasi cuaca melalui website BMKG, aplikasi InfoBMKG, media sosial resmi BMKG, serta layanan SMS peringatan dini.
“Koordinasi antar-lembaga dan kesiapsiagaan masyarakat sangat penting untuk mengurangi dampak dari bencana hidrometeorologi,” pungkas Dwikorita. (*)