Walai.id, JAKARTA – Gempa bumi dengan magnitudo (M) 6,4 yang mengguncang wilayah Pacitan dan sekitarnya menyebabkan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) di wilayah DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) melakukan upaya penanganan korban dan pendataan pasca gempa.
Namun, berita ini menjadi lebih menyedihkan dengan adanya peningkatan jumlah korban jiwa dan kerusakan rumah.
Petugas dari BPBD dan pihak terkait di wilayah DIY segera merespons gempa dengan melakukan tindakan tanggap darurat, seperti penanganan korban luka-luka, pendirian tenda pengungsian, dan penyediaan makanan serta minuman bagi warga terdampak.
Mereka juga melakukan kajian cepat untuk menentukan kebutuhan pasca gempa. Beberapa daerah yang merasakan guncangan antara lain Kabupaten Bantul, Gunung Kidul, Kulon Progo, dan Sleman.
Namun, data yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan adanya peningkatan jumlah korban jiwa dan kerusakan rumah.
Hingga saat ini, tercatat 1 orang meninggal dunia, 9 orang luka-luka, 5 keluarga mengungsi, dan 106 keluarga terdampak. Korban luka-luka teridentifikasi di Kabupaten Gunung Kidul (2 orang), Bantul (1 orang), dan Sleman (1 orang). Sedangkan korban meninggal dunia terjadi di Kabupaten Bantul, ujar Abdul Muhari, Ph.D., Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Sabtu 01/07/2023.
Wilayah yang paling banyak mengalami dampak adalah Kabupaten Gunung Kidul dengan 58 keluarga terdampak, diikuti oleh Bantul (31 keluarga), Kulon Progo (16 keluarga), dan Sleman (3 keluarga). Saat ini, terdapat 5 keluarga yang masih mengungsi di beberapa tempat di Gunung Kidul.
Kerusakan bangunan juga menjadi masalah serius. Di wilayah DIY, terdapat 102 rumah yang rusak ringan dan 4 rumah yang rusak sedang.
Guncangan gempa juga menyebabkan kerusakan pada fasilitas umum, seperti perkantoran (15 unit), tempat ibadah (5 unit), fasilitas usaha (3 unit), pendidikan (2 unit), dan kesehatan (2 unit). Kerusakan rumah paling parah terjadi di Kabupaten Gunung Kidul (58 unit), diikuti oleh Bantul (31 unit), Kulon Progo (16 unit), dan Sleman (1 unit).
Selain wilayah DIY, gempa ini juga berdampak di Provinsi Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Timur (Jatim). Hampir semua kabupaten di Jateng merasakan guncangan gempa tersebut. BNPB mencatat bahwa terdapat 11 kabupaten yang warganya merasakan guncangan gempa, antara
lain Kabupaten Tegal, Kebumen, Purbalingga, Wonogiri, Purworejo, Wonosobo, Magelang, Banyumas, Banjarnegara, Klaten, dan Brebes. Di wilayah ini, terdapat 102 keluarga yang terdampak, dengan jumlah terbanyak di Kabupaten Wonogiri (67 keluarga).
Wilayah Jawa Timur juga tidak luput dari dampak gempa ini, dengan Trenggalek, Ponorogo, dan Tulungagung sebagai kabupaten yang merasakan guncangan. Terdapat 14 keluarga yang terdampak di Jatim, dengan Kabupaten Pacitan sebagai yang paling banyak terdampak (10 keluarga).
Kerusakan rumah di Jawa Tengah mencapai 102 unit, dengan mayoritas rusak ringan (88 unit) dan rusak sedang (13 unit). Sedangkan di Jawa Timur, terdapat 37 unit rumah yang rusak, dengan mayoritas juga mengalami kerusakan sedang (18 unit).
BNPB terus melakukan koordinasi dengan BPBD di daerah-daerah terdampak gempa untuk memastikan bantuan dan penanganan diberikan secara efektif. Gempa ini terjadi pada Jumat malam (30/6) pukul 19.57 WIB dengan kedalaman 67 km dan magnitudo terkoreksi menjadi M6,0 menurut hasil analisis dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Berita ini lebih menyedihkan karena adanya peningkatan jumlah korban jiwa dan kerusakan rumah, menunjukkan dampak yang serius dari gempa tersebut terhadap masyarakat di wilayah terdampak. Semoga bantuan dan dukungan dapat segera diberikan kepada mereka yang membutuhkan untuk membantu pemulihan dan pemulangan kondisi kehidupan mereka setelah bencana ini.